Kisah Nyata Petani Asal Padang Raih Sukses Berkat Berkomitmen & Tekun Kembangkan Serai Wangi

Januardi (Edy) yang mengembangkan usaha atsiri khususnya serai wangi
Sumber :
  • Ditjen Perkebunan Kementan

VIVA – Peluang serai wangi semakin terbuka lebar di pasar global, dengan pemeliharaan yang mudah, terbukti bisa memperoleh keuntungan yang signifikan. 

Ketua DPRD Jambi Edi Purwanto Singgung Lahan 3 Ribu Hektare di Musrembang

"Usaha serai wangi ini sangat menjanjikan. Dari hasil kebun yang saya kelola, pendapatan yang diraih, dari rata-rata perbulan sebanyak 200 kg, bisa mencapai sekitar 64 juta per 3 bulan," ujar Januardi (Edy), kelompok Tani Agribisnis Atsiri Kota Solok sekaligus pengurus Koperasi P3MA Provinsi Sumbar, saat diwawancarai Tim Ditjenbun.

Edy berbagi kisahnya dalam mengembangkan serai wangi. Berawal dari pria kelahiran asal kota Payakumbuh ini mengalami cidera tangan, kemudian ia dikenalkan dengan minyak serai wangi, dan ternyata berhasil membantu memulihkan kesehatannya. Semenjak itu ia yakin dan bertekad di tahun 2012, beralih dari padi, dan mulai mengembangkan usaha atsiri khususnya serai wangi hingga sekarang.

Mendag Zulhas Tegas Tolak Impor Bawang Merah di Tengah Lonjakan Harga

Melihat potensi serai wangi kian menarik bila dijadikan produk hilir. Edy tetap terus berkomitmen dan tekun berupaya mengembangkan serai wangi dari hulu hingga hilir, baik dari produksi, budidaya, produksi hilir bahkan sampai pemanfaatan limbah.

Di tahun 2015 lah, ia mulai menghasilkan beragam produk turunan. Kerja kerasnya membuahkan hasil beragam produk berbahan baku serai wangi. "Saat ini produk turunan serai wangi yang dihasilkan seperti minyak aromatherapy, minyak urut, sabun mandi padat dan cair, balsem, karbol, Disinfektan, dan Anti Hama Organik (AHO)," jelasnya.

Terinspirasi Langkah Indonesia, Amerika Serikat Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Edy menambahkan, secara kontinyu kami juga mengolah obat tradisional, kami produksi bahan inti atau biang obat batuk dari serai wangi. Selain itu, kami juga telah ciptakan anti hama organik dari serai wangi. Tujuan dari produksi anti hama organik ini, kami berupaya untuk membantu para petani mengurangi pemakaian pestisida atau bahan kimia yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan konsumen yang menggunakan atau mengkonsumsi produk kami, serta turut membantu petani lain mengatasi masalah hama dikebunnya. 

Dalam menghasilkan produk turunan, serai wangi yang diperoleh berasal dari kebun sendiri dan kebun kelompok Tani Agribisnis Atsiri tahun 2015 dan Koperasi P3MA Sumbar tahun 2019.

Dalam mengembangkan usaha serai wangi, Ia pantang menyerah walau dihadapkan berbagai tantangan, baik terkait pengurusan BPOM skala UMKM, harga maupun tantangan lainnya.

Pemerintah tentu tak tinggal diam, terus berupaya mencari solusi tepat guna bagi petani agar dapat menghadapi tantangan dilapangan. Salah satunya melalui program dan kebijakan atau regulasi.

Hal ini dirasakan Edy, ia mengatakan bahwa pemerintah serius memfasilitasi atau membantu petani baik dari penyuling maupun UMKM nya, seperti bantuan benih unggul dan bermutu, alat-alat suling yang standar sesuai kebutuhan, mesin-mesin alat panen, traktor pengolah lahan, pelatihan-pelatihan Budidaya, produksi dan produksi produk hilir, serta fasilitasi perizinan (BPOM).

Ia berharap agar program-program pemerintah maupun bantuan pusat, terus tetap tepat sasaran pada petani maupun penyuling, bukan sepihak atau pihak tertentu. Selain itu perlunya membangun kebun benih didaerah, agar memudahkan petani dan jarak transportasi benih lebih dekat serta meminimalisir kematian tanaman.

Pada kesempatan yang sama, Edy juga menceritakan alasannya terinspirasi dan memilih untuk kembangkan serai wangi. "Saya menggeluti serai wangi karena melihat usaha serai wangi masih langka, belum banyak yang mengembangkan, budidaya maupun pemeliharaan pun lebih mudah, tidak perlu perlakuan khusus, tidak perlu menggunakan pupuk atau anti hama, tidak memerlukan biaya banyak dan masa panen panjang sebanyak 4 kali / tahun. Selain itu, melihat produk minyak berpeluang besar, bernilai ekspor, dan dibutuhkan dunia serta tidak ada batas kadaluarsanya," ujarnya.

Menurut Edy, kini ia memiliki luas lahan sekitar 10.5 ha, bisa memperoleh 1 kali panen sebanyak 50 ton daun per 3 bulan, dengan harga jual daun per kilo Rp.700, sedangkan untuk minyaknya sebanyak 640 kilo dengan nilai jual Rp.140.000 per kilo. Dalam 1 tahun ia bisa mencapai 4 kali Panen. Sedangkan untuk penjualan, 40 % ke eksportir langsung dan 30 % ke UMKM lain, sedangkan 30 % dijadikan produk hilir.

Lebih lanjut Edy mengatakan, untuk promosi kami menggunakan media online, whastapp grup, melakukan diskusi langsung dan mengikuti pameran-pameran, salah satunya pameran Penas ini, khususnya di stand Ditjen Perkebunan, paviliun Kementan.

Hal menarik lainnya, saat ini Edy berhasil mengembangkan kelompok tani dengan beranggotakan melibatkan generasi milenial, seperti di Kota Solok sebanyak 5 poktan, Kab Solok sebanyak 3 poktan dan Kab Lima Puluh Kota sebanyak 11 poktan.

"Kini sudah saatnya petani kolonial memotivasi dan mengajak petani milenial atau generasi muda agar melirik dan tertarik untuk mau terjun menggeluti dunia pertanian maupun perkebunan khususnya melanjutkan mengembangkan serai wangi, karena hasil serai wangi ini sangat menjanjikan, dan turut membantu melestarikan lingkungan. Tentu kita harus teliti apa yang akan kita produksi, yang jelas sejengkal lahan termanfaatkan. Di era globalisasi saat ini, masyarakat dunia justru kembali ke hal-hal yang natural, kembali ke alam, berarti itu organik. Melihat kecintaan atau kembalinya masyarakat atau konsumen mencari hal-hal yang natural atau organik semakin banyak, untuk itu bahan baku organik harus segera disediakan dengan baik, untuk itu petani milenial harus siap. Tentu harus dibekali pemahaman dan pelatihan yang cukup dan berkesinambungan," ujar Edy.

Edy menambahkan, harapan kita kedepan karena mengingat serai wangi bernilai ekspor tinggi semoga pemerintah pusat maupun daerah lebih banyak memberikan perhatian dan memfasilitasi para petani di bidang serai wangi, serta memanfaatkan lahan kosong dengan penanaman serai wangi.

Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), meminta agar Ditjen Perkebunan terus membina dan memotivasi petani agar mengembangkan komoditas perkebunan dari hulu hingga ke hilir, menghasilkan berbagai inovasi dan produk turunan yang bermutu dan berkualitas baik.

Direktur Tanaman Semusim dan Tahunan, Rizal Ismail, terkait dengan pengembangan serai wangi mengatakan, pengembangan serai wangi akan dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Pemerintah sudah memulainya dengan program integrated farming /integrasi tanaman serai wangi dengan ternak dimana dalam program itu akan terintegrasi antara budidaya, pascapanen, pengolahan dan bio industri yang dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan bagi petani itu sendiri.

Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengatakan, tiap tahunnya pemerintah melakukan pengembangan serai wangi di sentra-sentra pengembangan dengan memberikan bantuan saprodi (benih, pupuk) dan alat pasca panen/penyulingan bagi petani. Disamping itu, Ditjen Perkebunan sedang membangun kolaborasi dengan instansi terkait lainnya dalam mengembangkan tanaman serai wangi tersebut, mencoba merangkul pihak perusahaan/swasta untuk melakukan investasi/memberikan modal bagi petani dalam mengusahakan tanaman serai wangi. Selain itu, pemerintah juga bersinergi dengan seluruh stakeholder untuk menjalin kemitraan antara petani penyuling dan eksportir minyak serai wangi. Diharapkan kedepannya kemitraan tersebut dapat meningkatkan animo petani dalam berbudidaya serai wangi.

Andi Nur berharap, agar petani milenial juga dapat terlibat dalam pengembangan serai wangi ini mengingat prospek minyak serai wangi ke depannya masih sangat menjanjikan, dan agar dapat tetap berkelanjutan melakukan budidaya serai wangi sehingga penyediaan bahan baku minyak serai wangi dapat tercukupi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya