2 Tantangan Menjaga Konsistensi Taekwondo Indonesia

Taekwondoin Indonesia Ni Kadek Hani meraih medali emas
Sumber :
  • ANTARA/HO PB TI

Jakarta – Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari menyebutkan dua tantangan yang dihadapi dalam menjaga konsistensi olahraga bela diri taekwondo di Tanah Air agar terus berkembang dan berprestasi.

MTsN 1 Pati Kirim Tiga Siswa ke Thailand untuk Olimpiade Matematika Internasional

"Pertama adalah bagaimana bukan pada merekrut atlet tetapi merekrut orang tua karena atlet yang direktur itu tidak bisa menjadi atlet secara konsisten kalau orang tua tidak setuju," kata Oktohari saat memberikan sambutan dalam acara Pengukuhan dan Pelantikan Ketua Umum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Richard Tampubolon dan Pengurus PBTI Masa Bakti 2023-2027 di Jakarta, Jumat 15 Desember.

Ia mengatakan, untuk menjawab tantangan ini, dibutuhkan kerja sama pengurus taekwondo bersama pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota atau provinsi untuk merangkul lebih banyak lagi orang tua sehingga mereka sadar bahwa atlet memiliki jenjang prestasi.

Profil Dio Novandra, Pacar Megawati Hangestri yang Dikenalkan ke Para Pemain Red Spark

Orang tua atlet perlu menyadari bahwa olahraga taekwondo merupakan olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade sehingga atlet-atlet cabang bela diri ini juga bisa mencapai jenjang prestasi tertinggi.

Kedua, kata dia, tantangan paling besar adalah penguasaan bahasa Inggris. Hal ini sering kali tidak disadari oleh atlet, pelatih, maupun wasit bahwa konsep dasar dari semua event dan venue dijelaskan dalam bahasa Inggris.

Thomas Cup dan Uber Cup Kobarkan Semangat Atlet Jelang Olimpiade 2024

"Jadi kita tidak bisa meningkatkan kualitas pelatih kita kalau dia enggak bisa update dengan Bahasa Inggris. Walaupun taekwondo ini olahraga Korea tetap aja materinya pakai Bahasa Inggris," ucapnya.

"Sama juga wasit juga seperti itu. Pengalaman kita di Asian Games atau single event, banyak sekali kegiatan-kegiatan kita yang akhirnya terpaksa wasitnya harus pinjam dari negara lain karena kualitas kita belum maksimal," ungkapnya.

Oktohari berharap kepengurusan PBTI yang baru memberikan perhatian pada dua tantangan tersebut selain fokus pada pengembangan atlet. Selain itu, menciptakan lebih banyak lagi pelatih-pelatih level diploma serta wasit yang berkualitas.

"Wasit yang kita inginkan itu bukan hanya jago kandang tetapi bisa juga tampil di panggung-panggung dunia dan secara kuantitas jumlahnya juga bisa ditingkatkan" katanya.

Ia menambahkan, pekerjaan utama dalam melakukan pembinaan prestasi bukan hanya perolehan medali dari atlet tetapi eksistensi di kancah internasional.

Oktohari menyarankan agar PBTI agar bisa mendelegasikan tim khusus agar bisa berkomunikasi langsung dengan KOI maupun dengan konfederasi taekwondo di Asia maupun di tingkat internasional sehingga taekwondo Indonesia bisa eksis diberbagai tingkatan. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya