30 Tahun Piala Sudirman Tak Pulang Kampung

Trofi Piala Sudirman.
Sumber :
  • BWF

VIVA – Kegagalan kembali lagi menaungi tim bulutangkis Indonesia. Anak-anak Cipayung kembali gagal memenuhi misi untuk membawa pulang Piala Sudirman, yang sudah 30 tahun tak pernah lagi singgah ke Tanah Air.

Terpopuler: Celine Evangelista Ikut Kajian Ustaz Hanan Attaki hingga Jonatan Christie akan Jadi Ayah

Terakhir kali, Piala Sudirman didapat Indonesia, yaitu pada gelaran pertama pada 1989, Setelah itu, raihan terbaik tim Merah-Putih hanya sampai di partai final sebanyak enam kali, yaitu pada 1991, 1993, 1995, 2005, dan 2007.

Piala Sudirman 2019 yang digelar di Guangxi Sports Center, Nanning, China, 19-26 Mei 2019, merupakan keikutsertaan Indonesia yang ke-16 kalinya. Sesuai namanya (Sudirman), tentunya sangat khas dengan Indonesia.

Shanju eks JKT48 Umumkan Kehamilannya, Jonatan Christie Bakal Jadi Ayah

Mungkin nama Sudirman lebih populer sebagai sosok pahlawan nasional, yakni Jendral Sudirman. Namun, nyatanya, dikutip BWF Badminton, Piala Sudirman merupakan sebuah bentuk penghormatan dan apresiasi dunia untuk seorang pebulutangkis Indonesia bernama Dick Sudirman.

Dia merupakan salah satu pendiri Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang terbentuk pada 5 Mei 1951, dan menjadi jembatan untuk menggabungkan dua organisasi bulutangkis dunia, International Badminton Federation (IBF) dengan World Badminton Federation (WBF). Pada 1981. Sejak 1981 hingga kini, kedua organisasi itu bisa disatukan menjadi BWF (Badminton World Federation)

Sah! Intip Potret Pernikahan Jonathan Christie dan Shanju eks JKT48 di Gereja Katedral

Namun, permasalahannya, Piala Sudirman yang merupakan milik dan berasal dari Indonesia lebih sering menjadi milik China. Total, 10 gelar juara dicatatkan negeri Tirai Bambu. Setelah itu, Korea Selatan mengoleksi empat kali juara.

Pada edisi kali ini, juara sudah pasti bukan hak untuk Indonesia. Sebab, Indonesia terhenti di babak semifinal. Jepang menjadi penghadang Hendra Setiawan cs. Adapun Kento Momota cs sukses menyegel tiket final, setelah pada partai keempat di nomor ganda putri berhasil meraih kemenangan.

Indonesia menurunkan ganda putri terbaiknya, sekaligus pasangan terbaik nomor lima di dunia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Sedangkan Jepang, menurunkan ratu bulutangkis dunia Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Hasilnya, Greysia/Apriyani tak mampu menahan kedigdayaan pasangan jangkung Jepang itu dan kalah dua set langsung 21-15,21-17. 

Satu-satunya kemenangan Indonesia, diraih di nomor ganda putra. Adalah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, yang mengalahkan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Dengan hasil ini, Indonesia kalah 1-3 dari Jepang.

Adapun satu partai yang tersisa adalah di nomor ganda campuran. Indonesia menurunkan Praveen/Melati yang akan menghadapi Yuta Watanabe/Arisa Higashino. 

Jepang Lebih Maju dari Indonesia?

Pada sejarahnya, Jepang sebenarnya bukanlah lawan yang berarti bagi Indonesia di Piala Sudirman. Indonesia sebelumnya sudah dua kali bersua tim Matahari Terbit di Piala Sudirman, yaitu pada 2009 dan 2011. Hasilnya, Indonesia selalu dapat memenangkan pertarungan itu.  

Pada pertemuan pertama (2009), Indonesia bahkan bak raksasa bagi Jepang. Dari lima partai yang tersedia, Indonesia sukses melahap empat partai dan hanya kehilangan satu partai saja.

Empat poin yang diraih Indonesia didapat berkat kemeangan Hendra Setiawan/Markis Kido, Maria Kristin Yulianti, Sony Dwi Kuncoro, dan Nova Widianto/Liliyana Natsir. Sedangkan kekalahan didetita di nomor ganda putri yang diwakili Meiliana Jauhari/Shendy Puspita Irawati.

Pada pertemuan kedua (2011), Indonesia bersua Jepang di babak perempat final. Hasilnya, Indonesia masih menjadi lawan yang sulit untuk Jepang. Kala itu, Indonesia berhasil membungkus kemenangan 3-2.

Poin Indonesia disumbangkan dari nomor ganda lewat Alvent Yulianto Chandra/Mohammad Ahsan, Greysia Polii/Meiliana Jauhari, dan Fran Kurniawan Teng/Pia Zebadiah Bernadet. Sedangkan kekalahan dialami Adriyanti Firdasari dan Simon Santoso.

Lantas, mengapa situasi di Piala Sudirman ini berbalik. Kok, Indonesia yang seperti anak kecil, mudahnya Jepang untuk menumbangkan panji-panji Indonesia di lantai Sudirman Cup edisi kali ini. Apakah Jepang lebih maju dari Indonesia dalam segi pengembangan atlet? (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya