Kisah Apriyani Rahayu, Dari Raket Kayu hingga Raih Emas Olimpiade

Pemain ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu
Sumber :
  • Twitter @smstan_tuwir

VIVA – Olimpiade Tokyo 2020 memang sudah selesai, namun menyisakan banyak cerita menarik, salah satunya dari cabang olahraga bulutangkis.

Kata Kapten Timnas Indonesia U-23 Usai Gagal Lolos Olimpiade 2024

Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih medali emas Olimpiade usai mengalahkan wakil China, Chen Qingchen/Jia Yifan dua gim langsung di partai final, Senin 2 Agustus 2021.

Sebelum naik podium Olimpiade, banyak hal yang sudah dilalui Greysia/Apriyani. Kisah inspiratif disampaikan Apriyani bahwa ia sempat berlatih menggunakan raket kayu.

Timnas Indonesia Gagal ke Olimpiade Paris 2024, AFC: Akhir yang Memilukan

Seperti beberapa cerita yang beredar, Apriyani mengawali karier bulutangkisnya bukan dengan menggunakan raket biasanya tapi raket yang berbahan kayu. Ia mengisahkan, pada saat itu, sang ayah Amiruddin mencoba membuat raket berbahan kayu untuk dimainkan Apriyani bersama tetangganya.

Raket yang berbentuk kotak itu terus dipakai Apriyani sampai Amiruddin mencoba membeli raket baru yang biasa dijual di pinggir jalan. Amiruddin sadar bahwa anaknya ternyata memiliki bakat dan ketertarikan di cabang olahraga bulutangkis tersebut.

Pernyataan Ketum PSSI Erick Thohir Usai Timnas Indonesia U-23 Dikalahkan Guinea

Sejak saat itulah, Apriyani mendapatkan dukungan penuh dari Amiruddin. Ia sampai diantarkan ke Makassar untuk mengikuti suatu kompetisi. Walau memang pada turnamen itu Apriyani tak bermain, ia tetap merasa senang.

“Jadi, dulu masih kecil dan belum ada fasilitas apa pun, dibikin raket kayu sama papa saya. Itu juga cuma iseng-iseng aja karena hobi main. Itu juga cuma main-main saja sama tetangga sebelah,” ujar Apriyani mengisahkan perjuangannya dalam jumpa pers virtual, Jumat 6 Agustus 2021.

‘Sehabis dari situ, tidak lama kemudian papa coba beliin raket yang di pinggir jalan. Papa pun semakin lihat bahwa ini saya senang sama bulutangkis dan jadinya malah nge-support sekali,” tambahnya.

“Lalu saya ikut pertandingan-pertandingan seperti antar sekolah. Pertandingan pertama ke Makassar. Pada saat itu dibiayai tapi saya tidak bermain. Karena kan masih ada pemain-pemain yang dibayar dari profesi saya”.

“Papa dapat ide buat kayu itu dari mana saya juga bingung. Bentuknya itu kotak terus ada pegangannya ya cuma seperti itu. Papa bisa dapat ide seperti itu tentu luar biasa,” kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya