Cara Unik Ritno Kurniawan ‘Melawan’ Pembalakan Liar di Sumatera Barat

Ritno Kurniawan
Sumber :
  • Tangkapan Layar: Instagram

Sumatera Barat – Menyuruh seseorang untuk melakukan hal baik mungkin tidak akan terlalu sulit daripada mengubah kebiasaan lama yang sudah turun temurun dan melekat di masyarakat. Misalnya dalam aksi pembalakan liar yang erat kaitannya dengan pendapatan dan kelangsungan hidup.

IPK 2,77 dan Lulusan ITB, Ridwan Kamil: Saya Pasti Enggak Bisa Kerja di KAI, tapi Buktinya...

Bahkan, aparat berwajib yang mencoba menghalau pembalakan ilegal tersebut belum tentu bisa menghentikan secara total. Jika mereka berhenti pun biasanya hanya ketika ada razia petugas saja dan setelah itu praktik pembalakan pasti akan terus terjadi. 

Namun, pada kenyataannya ada hal yang memungkinkan untuk menghentikan tindakan pembalakan liar tersebut. Salah satu caranya adalah dengan beralih menjalankan profesi baru. Hal tersebut digagas oleh Ritno Kurniawan sejak tahun 2012 lalu di kampung halamannya. 

Bank Sumut Promosikan Pariwisata Danau Toba Melalui Pertemuan BPD se-Indonesia

Ritno Kurniawan

Photo :
  • Tangkapan Layar: Instagram

Pria berusia 31 tahun tersebut memilih kembali ke kampung halamannya untuk menciptakan pekerjaan baru. Ia mengubah para pembalak liar menjadi pemandu wisata di Kawasan Ekowisata Nyarai, Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Paket Promo ke Destinasi Wisata Dunia Bisa Dapat Diskon Rp 12 Juta, Simak!

Keresahan Ritno berawal saat ia berjalan-jalan ke tengah hutan karena memiliki dasar pengalaman pramuka sewaktu sekolah. Namun, bukan melihat hutan lebat dengan pepohonan, ia malah melihat kayu-kayu besar di dalam hutan telah tumbang. 

Sebagian besar saat dia berjalan ke dalam hutan tersebut hanya menemukan tunggul kayu saja. Begitu juga dengan kayu gelondongan hasil dari pembalakan tersebut dihanyutkan melalui aliran sungai Batang Salibutan yang berada di kawasan tersebut. 

Hampir setiap hari suara gergaji mesin terdengar di kawasan hutan dekat kampung halamannya. Perkampungan tersebut masuk ke dalam salah satu daerah terisolir karena jauh dari akses jalan utama. Sehingga luput dari pengawasan para petugas setempat. 

Suatu ketika, ketika masuk ke dalam hutan tersebut ia menemukan air terjun yang sangat indah dan menakjubkan. Setelah itu, Ritno melakukan sharing dan diskusi dengan pemuda kampung untuk menyamakan pandangan. Ia juga berbicara dengan tokoh adat di Nagari. 

Hutan dan pondok kayu.

Photo :
  • Times of India.

Ia kemudian terpikirkan untuk membangun kawasan ekowisata supaya masyarakat yang kerap membalak liar tersebut bisa beralih profesi. Namun, tidak mudah mengawalinya karena para pemuda dan pembalak liar tersebut takut kehilangan pendapatan. 

Tapi seiring berjalannya waktu, Ritno berhasil meyakinkan mereka sehingga mau beralih profesi. Saat menjadi pembalak liar, mereka bisa mengantongi Rp150 ribu per minggu, tapi kini sebagai pemandu wisata mereka bisa mendapatkan Rp50-80 ribu per hari. 

Kini, hutan aman dari para pembalak liar, lingkungan juga terjaga, pendapatan dan ekonomi di Lubuk Alung pun semakin berkembang. Berkat hal tersebut, Ritno Kurniawan berhasil meraih penghargaan Satu Indonesia Award yang diberikan oleh Astra Indonesia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya