Singgung Pemilu, Buya Yahya: Jangan Membuat Kecurangan Palsu dengan Menuduh Orang Lain Curang

Buya Yahya.
Sumber :

Jakarta – Isu dugaan kecurangan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024 menjadi topik pembicaraan yang hangat setelah pemungutan suara pada 14 Februari 2024.

Geger Seorang Ulama Pesohor Kritik Nabi Muhammad

Salah satu perhatian utama adalah adanya perbedaan antara angka suara yang tercatat dalam formulir C dan yang diunggah di Sirekap, yang mengakibatkan keuntungan dan kerugian bagi beberapa pihak.

Ulama KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menyatakan bahwa jika terjadi kecurangan dalam Pemilu 2024 dengan memanipulasi angka suara, maka pelakunya telah melakukan dusta.

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Zulhas: Pengusaha Curang Membunuh Usahanya Sendiri

Buya Yahya

Photo :
  • Instagram @buyayahya_albahjah

Meskipun tujuannya mungkin ingin memenangkan kandidat yang dianggap terbaik dan jujur, tetapi menggunakan cara yang tidak benar tetap dianggap sebagai kebohongan.

Cegah Kecurangan dalam Seleksi ASN, Menpan-RB Siapkan Teknologi Face Recognition

“Kalau dengan cara berdusta, Anda berbohong, berdusta merubah angka, berarti bukan karena Allah membelanya, ada sesuatu. Orang-orang seperti itu tidak akan bisa menjadi pembela pemimpin yang benar biar pun pemimpinnya benar,” ujat Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Minggu, 18 Februari 2024.

“Anggap saja calonnya dua, satu Firaun dan satu Musa. Ibaratnya dua, kan ada tiga ya. Kalau pun Anda membela Nabi Musa tapi dengan cara berbohong, Anda bukan karena Allah lagi sudah. Ingat, tujuan sebaik apapun jika diraih dengan cara tidak baik hasilnya tetap jelek,” timpal lagi Buya Yahya.

Kemudian, Buya Yahya mengemukakan bahwa terdapat berbagai kemungkinan ketika terjadi kecurangan dalam proses pemilihan pemimpin. Kecurangan dapat dilakukan oleh pendukung pemimpin yang mengabaikan prinsip-prinsip untuk mencapai kekuasaan.

Ada juga kemungkinan bahwa pengikut calon pemimpin, meskipun memiliki niat baik untuk mendukung kebaikan, menggunakan cara yang tidak benar dan menuduh lawannya melakukan kecurangan, padahal sebenarnya mereka sendiri yang melakukan tindakan tidak jujur.

Analogi ini mirip dengan kejadian di masa lalu di mana ada orang yang membuat hadis palsu tentang keutamaan membaca Al-Qur'an karena ingin memperjuangkan kepentingan Al-Qur'an. Jelas bahwa tindakannya keliru dan tidak benar.

Buya Yahya.

Photo :
  • YouTube

“Jadi semuanya mungkin, yang penting dusta itu gak bener,” katanya.

Dalam menyikapi dugaan kecurangan Pemilu 2024, Buya Yahya mengimbau umat membebaskan diri bahwa tidak senang dengan kebohongan itu. Kalau senang dengan kebohongan, maka bukan karena Allah lagi dalam memilih seorang pemimpin.

“Kalau Anda menganggap itu ada sebuah kebohongan, sudah terlanjur Anda dukung sebelumnya, maka Anda harus ingkar dengan kebohongan itu bahwa itu tidak benar,” imbuhnya.

Buya Yahya mengingatkan bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Kisah orang beriman sangat panjang, bukan hanya saat menjabat seorang pemimpin lalu selesai. Segala tindak kecurangan dan kebohongan yang dilakukan pasti akan ditanya di alam barzakh dan diminta pertanggungjawabannya di akhirat.

Buya Yahya berpesan agar umat menata hati, tidak berdusta, dan tidak tepuk tangan dengan kesalahan. Kalau ternyata pemimpin yang dipilihnya berdusta, maka harus ingkar. Pengingkaran terhadap pemimpin yang curang dalam proses pemilihannya dilakukan dengan bersama-sama meluruskannya.

“Kecurangan yang selama ini dimuat di media, misalnya, tidak boleh menjadikan sebab kita bermusuhan, caci maki. Sebab banyak di antara pendukung 01, 02, 03 mereka tulus sesuai dengan pengetahuannya. Kalau ada pemain salah satu yang gak benar, itu pemainnya (oknum),” tutur Buya Yahya.

Buya Yahya berharap pasca-Pemilu 2024 umat kembali damai, tidak memperpanjang permusuhan gara-gara jagoannya kalah dalam pesta demokrasi. Ia berpesan, jika benar terjadi kecurangan, pihak yang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi bekerjalah dengan baik. Jangan membuat kecurangan palsu dengan menuduh orang lain curang.

“Ada kelompok lain yang curang, anda tidak boleh menangkap dia dengan kecurangan palsu. Ya, itu bahaya juga. Kita sendiri yang memperbanyak kecurangan. Ternyata menuduh orang lain untuk curang juga gak boleh,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya