- vstory
Viva – Setiap pagi dari pukul 06.00 hingga 10.00 Wita, dia sudah melintas di depan rumah kami. Di Kampung Laikang, Kelurahan Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Mengayuh pedal sepeda butut kebanggaannya, berkeliling di luar tembok Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Kabupaten Maros. Dia terlihat tanpa kenal lelah, meski sudah bermandikan keringat yang membasahi tubuhnya berbalut kaos hitam. Dari balik topi yang juga tak kalah bututnya itu, menetes peluh bagai anak sungai.
Itulah rutinitas Daeng Usman, yang sudah dijalaninya lebih dari 20 tahun sebagai penjual Bassang. Bunyi "treet.....treeet...teet" dari bel sepedanya, mengingatkan saya dengan suara penjual roti keliling di Jakarta.
Itu pula menjadi ciri khas Daeng Usman sebagai penjual bubur jagung keliling di Kota Makassar. Menyelusuri pemukiman dan komplek perumahan, mengitari pinggir pagar tembok dan kawat berduri Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
"Siapa ero ki balli, Puang? Ruang rupa anne kubalukang, Bassang siagang Buburu.....Berapa yang mau kta beli, Puang? Ada dua macam yang saya jual, Bassang dan Bubur," kata Daeng Usman, penjual Bassang, bubur jagung ala Makassar, langganan keluarga kami, pagi tadi.
Daeng Usman, adalah warga RW 13 Kampung Cedde, Laikang, Kelurahan Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, kota Makassar. Saking lamanya setia dengan profesi sebagai penjual Bassang -- usaha sandaran hidup keluarga satu-satunya -- hampir seluruh warga sudah mengenalinya dengan baik. Terutama pelanggan setianya, tentu saja.
Selamat "bertugas" Daeng Usman. Songsong matahari pagi, temui pelangganmu yang sudah menunggu, semoga bassang daganganmu membawa berkah Allah bagi keluargamu.