COVID-19: Menumbuhkan Perilaku Hidup Konsumtif di Masyarakat

Penulis : Maria Ulfah, Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang
Sumber :
  • vstory

VIVA – Pandemi virus corona atau Covid-19 yang tengah marak diperbincangkan oleh masyarakat luar maupun dalam negeri saat ini telah menyebabkan berbagai macam perubahan, salah satunya perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

Perubahan yang sangat terlihat belakangan ini berkaitan dengan bagaimana cara orang menjalani kehidupan sosial dan menggerakkan roda kehidupan mereka setiap hari.

Di mana masyarakat kini mengandalkan teknologi digital untuk tetap menjalani kehidupan sosial dan berkomunikasi setelah adanya kebijakan pemerintah tentang PSBB dan physical distancing.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Sebagian banyak orang yang terdampak oleh virus ini merasa terganggu setelah adanya virus corona yang mulai masuk ke Indonesia sejak bulan Maret lalu. Bagaimana tidak, masyarakat Indonesia yang dikenal dengan kebiasaan menjalani hidup dengan bergotong-royong setiap hari dan selalu melakukan interaksi sosial berusaha mencari jalan keluar untuk tetap melakukan sosialisasi meski ada kebijakan PSBB atau physical distancing.

Bagaimana masyarakat Indonesia melakukan interaksi selama pandemi Covid-19 yang terjadi sekarang? Dengan segala kondisi ini, masyarakat Indonesia sudah diimbau oleh pemerintah untuk dapat beraktivitas di rumah saja.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Penggunaan teknologi berbasis digital  menjadi jawaban yang membuat masyarakat kini mulai menggantungkan kehidupan berinteraksi-nya sehari-hari melalui dunia maya.

Belakangan ini, banyak media sosial dan aplikasi berbasis online yang memudahkan masyarakat melakukan interaksi dan bersosialisasi setiap hari dengan orang lain seperti video call, aplikasi meeting secara online, dan lain lain.

Selain itu, saat ini juga sudah banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat melakukan proses pembelian barang atau jasa yang bersifat online sehingga tidak diharuskan untuk berbelanja dan melakukan transaksi pembelian secara langsung serta tetap melakukan social distancing di rumah. Tentu saja peluang ini tidak disia-siakan oleh perusahaan e-commerce atau biasa disebut online shop.

Tidak sedikit online shop yang menjual kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, perlengkapan bayi dan kebutuhan lainnya. Mereka berlomba-lomba menawarkan kemudahan dalam membeli dan promosi menarik seperti cash back, diskon, dan lain lain.

Tawaran yang menarik tentu sangat memudahkan masyarakat yang membutuhkan untuk berbelanja, namun tetap mengikuti aturan untuk tetap di rumah saja. Masyarakat tidak perlu bingung bagaimana cara mereka berbelanja, cukup klik saja barang yang mereka inginkan dan barang tersebut akan sampai di depan rumah dalam waktu beberapa hari bahkan ada yang hanya dalam hitungan jam.

Tentu saja masyarakat akan sangat merasa terbantu. Semua kebutuhan selama di rumah aja akan tetap terpenuhi, terjamin dan aman tentunya.

 Akan tetapi, dengan adanya tawaran menarik seperti diskon, cash back bahkan gratis ongkir malah membuat masyarakat semakin berperilaku konsumtif. Perilaku hidup konsumtif sebenarnya hal yang wajar.

Namun, yang terjadi saat ini ialah perilaku hidup Over Konsumtif. Over Konsumtif? Seperti apakah? Dan mengapa bisa terjadi kepada masyarakat yang saat ini terdampak pandemi Covid-19? Tindakan individu sebagai konsumen untuk membeli, menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan dan menimbulkan pemborosan serta hanya mengutamakan keinginan atau kesenangan tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau manfaat dari barang atau jasa tersebut.

Banyak sekali Godaan dalam berperilaku konsumtif terutama saat kita di rumah saja, Karena saat kita di rumah, kita memiliki banyak sekali waktu untuk membuka-buka situs belanja online, yang membuat kita makin tertarik serta ada rasa ingin membeli dengan berbagai produk yang ditawarkan.

Meskipun perilaku konsumtif menimbulkan dampak yang tidak baik bagi masyarakat, tetapi perilaku konsumtif ikut membantu dan menggerakkan sebagian besar perekonomian. Contohnya menambah pemasukan pajak dan mempertahankan pekerjaan bagi sebagian banyak orang.

Jadi tidak ada yang salah atas semua bentuk penawaran yang dilakukan oleh perusahaan e-commerce. Karena tujuan utama dari mereka ialah untuk menarik hati para konsumennya.

Konsumen merupakan peranan yang penting dalam suatu usaha yang didirikan oleh orang tertentu. Akan tetapi, sebagian konsumen kadang banyak terjebak dalam perilaku konsumtif dan jarang sekali mereka menyadari hal itu, terutama dalam keadaan seperti ini.

Tidak sedikit orang yang panic buying akibat menghadapi virus corona saat ini. Padahal secara tidak sadar kita telah melakukan perilaku konsumtif bahkan over konsumtif. Selain perilaku konsumtif yang ditimbulkan masyarakat selama pandemi corona, masih banyak sekali dampak-dampak yang merubah mereka.

Maka dari itu, hal yang harus dilakukan adalah menghindari perilaku konsumtif dan jangan sampai terjebak. Begitu sudah terjebak, susah untuk keluar dari kubangan tersebut karena ada saja hal-hal yang menggoda.

Dibutuhkan komitmen dan kemauan kuat untuk meninggalkannya serta bijak dalam mengambil keputusan. Memulai hidup apa adanya dan tidak berlebihan terutama di tengah pandemi seperti ini.  

Selalu jaga kesehatan, hindari kerumunan dan tetap produktif. Semoga pandemi yang tengah mengkhawatirkan negara kita cepat membaik dan kembali melakukan aktivitas seperti semula. (Penulis: Maria Ulfah, Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.