Hati-hati dengan Si Manis yang Mematikan

Ilustrasi Minuman Kemasan. Sumber : pixabay.com
Sumber :
  • vstory

VIVA – Jagat maya tengah diramaikan oleh somasi dari suatu merek minuman kepada salah satu akun sosial media. Akun tersebut disinyalir melakukan pencemaran nama baik terhadap merek minuman tersebut dengan mengatakan bahwa minuman tersebut sangatlah manis, hingga mungkin itu adalah pengalaman pertama dan terakhirnya menikmati minuman dari merek tersebut.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Minuman manis nampaknya sangat lazim kita temui bahkan kita konsumsi. Sangatlah mudah menjumpai berbagai jenis minuman manis, baik dalam bentuk kemasan ready to go seperti yang dijual di pasaran (warung-warung retail), di restoran atau café khusus menjual minuman manis, dan juga di booth-booth kaki lima. Harganya pun ada yang hanya berkisar satuan ribu rupiah hingga puluhan ribu rupiah. Seolah minuman manis baik dalam bentuk kemasan plastik, kaleng, maupun cup adalah bagian dalam kebutuhan pangan kita sehari-hari.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi gula nasional dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan. Tahun 2021 konsumsinya mencapai 5,45 juta ton. Kementrian Perindustrian menyebutkan di tahun 2022 kebutuhan gula nasional mencapai 6,48 juta ton.

Segar dan Wangi, Inilah Khasiat Daun Mint untuk Penderita Diabetes

Untuk memenuhi kebutuhan gula nasional ini, Indonesia bahkan harus melakukan impor yang nilainya mencapai 2,38 miliar US$. Nilai ini meningkat 23,05 persen dari tahun 2020. Impor dilakukan pemerintah dikarenakan produksi dalam negeri tak sanggup memenuhi kebutuhan si manis ini. Dan India menjadi negara asal gula terbesar di Indonesia.

Rasa manis yang diciptakan oleh gula memang menambah cita rasa baik untuk minuman dan juga makanan. Kandungan sukrosa dalam gula menjadikannya memiliki rasa manis yang menyenangkan bila dikecap. Dilansir dari republika.co.id, Asisten Profesor Ilmu Saraf di Mount Sinai School of Medicine, Nicole Avena, PhD, menjelaskan, ketika gula menyentuh lidah, ia mengaktifkan indera perasa tertentu yang mengirim sinyal ke otak, termasuk korteks serebral.

5 Penyakit yang Sering Mengintai Usai Lebaran, Jangan Terlena Makan Opor dan Kue Kering!

Sinyal itu kemudian mengaktifkan dan melepas dopamin (zat kimia otak yang membuat Anda merasa nyaman), dan membuat kita ingin mengulanginya lagi. Inilah yang sering disebut sebagai sifat aditif pada rasa manis gula.

Sebagian dari kita menyangka bahwa lemak merupakan bahan makanan yang harus dihindari bahkan tidak dikonsumsi sama sekali. Gula seolah menjadi bahan makanan yang aman-aman saja apabila dikonsumsi berlebihan.

Padahal menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) konsumsi gula sama halnya dengan lemak dimana terdapat batasan yang tak boleh dipandang sebelah mata. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 menyebutkan ajuran konsumsi gula harian sebanyak 4 sendok makan per harinya atau hanya 10?ri total kalori per hari.

Gula, si manis ini ternyata dapat menimbulkan bencana penyakit apabila dikonsumsi melebihi batasan konsumsi. Bremer dan Lustig (2012) menyatakan bahwa konsumsi gula berlebih dapat memberi efek serius bagi kesehatan, di antaranya menyebabkan obesitas, menaikan tekanan darah, meningkatkan massa lemak, dan merusak sistem metabolisme.

Gula meski rasanya menyenangkan namun efek yang ditimbulkan bagi tubuh sungguh tidak semanis rasanya.

Tidak hanya dapat menyebabkan obesitas, si manis inipun meningkatkan risiko penyakit tidak menular lain. Penyakit yang lazim disebabkan oleh bahan pangan ini adalah diabetes militus tipe 2 atau yang biasa disebut penyakit kencing manis. Diabetes tipe ini bukanlah penyakit genetik seperti diabetes tipe 1. Diabetes tipe 2 digolongkan sebagai penyakit diabetes yang disebabkan oleh gaya hidup konsumsi gula berlebihan.

Akibat yang disebabkan penyakit ini tidak main-main. Kemenkes RI menyatakan diabetes merupakan ibu dari semua penyakit, karena diabetes akan melahirkan penyakit-penyakit lainnya seperti yang telah disebutkan. Bahkan diabetes militus menempati peringkat ketujuh dari sepuluh penyakit penyebab kematian di dunia.

Gula memang dibutuhkan oleh tubuh manusia utamanya adalah sebagai "bahan bakar" bagi tubuh. Namun seperti yang dijelaskan, konsumsinya tak boleh melewati batas yang dianjurkan.

Konsumsi minuman dan makanan manis memang sangat menggiurkan dan menggugah selera, namun konsumsinya haruslah tepat dan tak boleh berlebihan. Seperti peribahasa, mencegah lebih baik daripada mengobati.

 

dr. Roy Panusuan Sibarani, Chief Officer dari Diabetes Initiative Indonesia

783 Juta Orang Akan Menderita Diabetes Tahun 2045

Federasi Diabetes Internasional memperkirakan bahwa 783 juta orang di seluruh dunia akan hidup dengan diabetes pada tahun 2045.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.