Penggunaan Software Ilegal di Indonesia Turun 2%

Konferensi pers BSA, Januari 2010
Sumber :
  • VIVAnews/Muhammad Chandrataruna
VIVAnews
Nasib Jokowi di PDIP, Kaesang Pangarep Tidak Ingin Ikut Campur: Itu Urusan Partai Lain
- Tahun lalu, sekitar 84 persen dari seluruh sofware yang dipasang di komputer Indonesia disinyalir tidak berlisensi dengan benar. Padahal para pengguna komputer menyadari adanya risiiko keamanan komputer yang datang dari software ilegal.

Aturan Baru, Arab Saudi Izinkan Semua Jenis Visa Bisa Ibadah Umrah

Temuan ini didapat dari survei Business Software Alliance (BSA) yang dilakukan setiap dua tahun dengan melibatkan lembaga riset International Data Corporation (IDC). Survei tersebut melibatkan 22.000 konsumen PC di 34 pasar di dunia, termasuk 2.000 manajer perusahaan IT.
Ribuan Orang di Brebes Rayakan Kemenangan Indonesia U-23


"Angka 84 persen pada 2013 itu menurun dua persen dibanding angka di 2011. Kerugian produsen software akibat software bajakan mencapai Rp17,3 triliun," ujar Presiden dan CEO BSA, Victoria Espinel, dalam keterangan resminya, Selasa, 24 Juni 2014.


Di seluruh dunia, lanjut Espinel, kebanyakan pengguna tidak tahu software apa saja yang terpasang di dalam komputer mereka. Kondisi seperti itulah yang harus diubah. Padahal, dalam survei itu, pengguna komputer di seluruh dunia mengetahui alasan utama ancaman keamanan dari malware adalah perangkat lunak yang tidak berlisensi.


"Sebanyak 64 persen pengguna komputer di dunia mengkhawatirkan terbukanya akses masuk untuk hacker. Sedangkan 59 persen lainnya mencemaskan resiko kehilangan data," kata Espinel.


Namun begitu, banyak juga dari perusahaan yang berupaya untuk memberikan edukasi dan peraturan yang menekan penggunaan software ilegal. Menurut BSA, ada beberapa cara untuk memacu penggunaan software legal di kantor, yaitu menetapkan kebijakan resmi tentang penggunaan software berlisensi dan menjaga aturan itu untuk terus diterapkan dengan baik oleh para karyawan.


"Mereka kebanyakan tidak mengetahui mengenai asli atau tidaknya sebuah software. Hanya 35 persen perusahaan, yang terlibat dalam survei, memiliki peraturan tertulis untuk hal ini," ujar Espinel.


Terkait dengan penurunan jumlah software bajakan di Indonesia, Direktur Senior untuk Program Kepatuhan BSA Asia Pasifik, Roland Chan sangat berterima kasih kepada pemerintah Indonesia. Menurut Chan, penurunan ini karena adanya aksi penegakan hukum yang konsisten oleh pemerintah dan meningkatnya kesadaran atas resiko huku terkait software ilegal.


Ditingkat global, pengguna software bajakan meningkat satu persen menjadi 43 persen tahun ini. Padahal tahun 2011 angkanya mencapai 42 persen. Nilai komersial software bajakan di seluruh dunia mencapai total US$62,7 miliar.


Asia Pasifik merupakan kawasan software bajakan terbesar sepanjang 2013. Kontribusinya sebanyak 62 persen dengan nilai komersial mencapai US$21 miliar dari total kontribusi software bajakan di Indonesia. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya