Suara Bising Hambat Anak Belajar Kosakata

Ibu memuji anak.
Sumber :
  • pixabay/adinavoicu

VIVA.co.id – Polusi suara selalu bisa kita temui dimana-mana, terlebih lagi bagi yang tinggal di perkotaan. Siapa sangka, ternyata polusi suara ini bisa berdampak buruk pada tumbuh kembang anak, salah satunya menghambat kemampuan membaca anak.

Pentingnya Kesehatan di Masa Golden Age Anak, Bakal Tentukan Kondisi Masa Depan

Memang tidak ada korelasi antara polusi suara dan kemampuan membaca anak. Namun, menurut sebuah penelitian, polusi suara seperti suasana rumah yang bising, volume televisi yang tinggi atau suara bising kendaraan dapat menghambat kemampuan membaca anak.

Dalam sebuah eksperimen, para peneliti menemukan bahwa anak balita mengalami kesulitan belajar kata-kata baru jika ada suara bising di sekitar mereka.

Mendidik Generasi Tangguh: Tips Dokter Aisah Dahlan Cegah Anak Terjerumus Liberalisme

Para peneliti berpendapat bahwa tingkat kebisingan itu memengaruhi kemampuan anak-anak dalam menyerap kata baru. Selain itu, kelas yang selalu bising juga dapat menghambat perkembangan membaca anak.

Dilansir laman Daily Mail, para peneliti mengatakan bahwa belajar kata-kata adalah kemampuan penting bagi anak-anak sebagai kemampuan dasar mereka dalam  bidang akademis. Sedangkan rumah-rumah modern umumnya penuh dengan kebisingan dari suara televisi, radio, dan orang berbicara yang dapat memengaruhi cara anak belajar kata-kata di usia awalnya.

Banyak Anak ke Sekolah Tak Sarapan, Ahli Gizi: Padahal Bisa Dukung Prestasi Akademik

"Penelitian kami menganjurkan agar para orangtua harus memerhatikan tingkat kebisingan di sekitar mereka ketika berinteraksi dengan anak kecil," kata para peneliti di University of Wisconsin-Madison.

Para peneliti juga menyebutkan penelitian sebelumnya menemukan bahwa suara yang terlalu bising dapat memengaruhi perkembangan mental anak.

Dalam penelitian yang ditulis dalam jurnal Child Development itu ditemukan kalau anak-anak yang tinggal di rumah penuh dengan suara kebisingan memiliki nilai sekolah yang buruk dan kadar hormon stres kortisol yang lebih tinggi di dalam darah mereka. Selain itu, mereka juga punya tingkat denyut jantung yang lebih kencang dibandingkan anak-anak yang tinggal di rumah yang tenang.

Untuk mendapatkan hasil penelitian, para peneliti melibatkan 106 anak berusia 22-30 bulan untuk berpartisipasi dalam tiga eksperimen di mana mereka diajarkan nama-nama objek yang tidak dikenal mereka.

Anak-anak itu kemudian diuji kemampuannya dalam mengenali objek ketika diberi label. Mereka sebelumnya diperdengarkan kalimat yang berisi dua kata baru. Kemudian mereka diajarkan objek mana yang berhubungan dengan nama baru itu. Di akhir eksperimen, kemampuan mereka untuk mengingat kata-kata itu.

Dalam dua eksperimen, 80 anak ditempatkan pada lingkungan yang sangat bising atau tenang ketika mempelajari kata baru. Hasilnya, hanya anak yang berada dalam suasana tenang yang dapat mempelajari kata baru itu.

Pada eksperimen ketiga, 26 anak diperlihatkan dua label kata dalam suasana yang sunyi. Selanjutnya, anak-anak balita itu diajarkan makna dari empat label kata, dua yang baru saja mereka dengar dan dua kata baru, dalam suasana bising. Mereka hanya mempelajari kata baru dan maknanya hanya setelah diperdengarkan pertama dalam suasana yang lebih tenang.

Menurut para peneliti, suasana tenang membantu anak mengatasi kesulitan dalam mempelajari kata baru daripada suasana bising.

"Mendengar kata baru dalam percakapan yang fasih tanpa ada kebisingan sebelum mempelajari nama objek baru dapat membantu anak menyerap kosakata baru. Namun ketika lingkungan bising, Anda harus menarik perhatian agar mereka mendengar suara dari kata baru itu," kata Jenny Saffran, profesor psikologi dan rekan peneliti dari studi ini.

Karena itu, para peneliti menyarankan agar orangtua mengurangi suara keras atau menekankan informasi penting yang dapat menolong anak belajar ketika ada suara keras.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya