- pixabay/pexels
VIVA.co.id – Bunuh diri menjadi salah satu penyebab kematian tetinggi di Indonesia. Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka bunuh diri di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
Dari data tahun 2010, angka prevalensi kematian yang disebabkan bunuh diri mencapai 1,8 per 100.000 jiwa atau sekitar 5.000 orang per tahun. Kemudian pada 2012, jumlahnya meningkat menjadi 4,3 per 100.000 jiwa atau sekitar 10.000 per tahun.
Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Aris Tambing mengatakan, bunuh diri menjadi salah satu hal serius pada penanganan gangguan kesehatan jiwa. "Bahwa bunuh diri bisa terjadi karena depresi dan gangguan jiwa," ungkap Aris saat ditemui pada perayaan 150 tahun RSJ Dr Soeharto Heerdjan, di Grogol, Jakarta Barat, Rabu 19 Juli 2017.
Dia menejelaskan, pada kasus bunuh diri sering terjadi halusinasi yang menyebabkan seorang bunuh diri. Di samping itu depresi pada tingkat akut juga punya kecenderungan kuat bagi seorang untuk bunuh diri.
Untuk itu, lanjut dia, pihak keluarga dan orang terdekat penting untuk mengenali tanda-tanda seorang yang ingin bunuh diri. Hal ini menjadi penting karena dengan demikian korban bisa dibawa untuk diobati. "Jadi bisa datang ke sini konsultasi dan diberikan obat," kata dia.
Adapun tanda-tanda awal seorang memiliki kecenderungan untuk melakukan bunuh diri di antaranya ialah menarik diri dari lingkungan. "Dia tidak mau lagi bergaul dengan orang, tidak care lagi dengan hidupnya, merasa tidak ada artinya hidup ini lebih baik mati saja," kata dia.
"Itu harus diwaspadai bahwa ini sudah putus harapan dan akan ke arah sana." (mus)
Brigadir Ridhal Ali Diduga Setor ke Kapolres, Madinah Diterjang Banjir Bandang
Kasus kematian anggota polisi yang bunuh diri dengan cara menembakan diri di dalam mobil itu masih menjadi yang terpopuler di laman News VIVA, Rabu, 1 Mei 2024
