Rombak Motor Eksentrik Ala Komunitas Disabilitas

Komunitas disabilitas Compac.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id – Inovasi yang dilakukan Suwanto, seorang penyandang disabilitas di Kota Semarang, ini patut diapresiasi. Meski terkendala keterbatasan fisik, pria 36 tahun itu justru mampu membuat rangkaian modifikasi motor dan sepeda eksentrik untuk sesama kalangan penyandang difabel.

Yamaha Fazzio Ini Makin Ganteng Dibikin ala Mobil AE86 Si Tukang Tahu Asal Jepang

Suwanto tak sendiri. Berbagai modifikasi motor dan sepeda roda tiga itu dikerjakan di sebuah bengkel disabilitas bernama Comunitas Motor Penyandang Cacat (Compac). Komunitas yang berada di Jalan Jangli Golf RT 8 RW 2, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang itu terbentuk sejak 2006 lalu.

Ada sekira 25 orang anggota komunitas yang terlibat dan saban hari terus mengasah kemampuan montir. Untuk komandonya dipegang langsung oleh Suwanto. Suwanto kini mampu membuat puluhan jenis motor modifikasi berbagai merek.

Keuangan Semakin Inklusif Untuk Penyandang Disabilitas

Bagi Suwanto, ide modifikasi motor untuk sesama penyandang difabel bermula dari pengalaman tak mengenakkan yang dialaminya. Sejak divonis terserang polio pada masih usia delapan bulan, pria kelahiran 18 September 1980 itu selalu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, khususnya bepergian.

"Karena kondisi fisik saya yang tuna daksa dahulu saya sulit untuk pergi ke luar rumah. Terus saya bisa buat sepeda motor roda tiga sendiri. Tapi setelah itu banyak yang pengin dibuatkan," kata Suwanto kepada VIVA co.id, di Semarang, Selasa 18 Oktober 2016.

Pertama Kalinya 2 Penyandang Disabilitas dari 195 Siswa Lolos Seleksi SIPSS Polri 2024

Berbekal pengalaman otodidak itulah, Suwanto akhirnya berpikir mandiri. Sebelum menciptakan motor tunggangannya sendiri, dia sudah mengotak-atik supercup yang dibeli sekira tahun 2000-an. Suwanto nekat mengotak-atik motor tua yang dibelinya seharga Rp600 ribu. Dari pengalaman itu, ilmu-ilmu seputar cara kerja kendaraan bermotor mulai didapat. Sampai akhirnya membuat motor roda tiga.

Kini ia mampu membuat desain modifikasi motor dan sepeda ontel dengan tingkat kerumitan tinggi. Mulai dari modifikasi motor matik sampai bebek biasa. Dari yang bertipe tiga roda dengan dua roda di belakang maupun depan.

"Saya bisa merakit mulai prototipe paling sederhana, sampai yang paling canggih. Untuk modifikasi sederhana rem depan, canggih bisa mundur ke belakang seperti mobil," ujar pria tamatan SMP itu.

Agar kaum difabel bisa menggunakan motor dengan optimal, Suwanto tentu tak asal-asalan. Biasanya desain itu melihat kondisi kliennya. Memang, ada desain khusus bagi kaum difabel dalam kondisi tertentu. Mulai dari tebal besi yang digunakan, panjang dan lebar hingga bobotnya juga dihitung dengan presisi. Semuanya demi kenyamanan pengguna yang memiliki keterbatasan fisik.

"Misalnya, jika kekuatan tangan lemah, setang kemudinya dibuat lebar agar ringan. Atau jika tulang punggungnya lemah, akan dibikinkan sandaran di bagian belakang jok. Tapi kalau tidak punya tangan, beda lagi. Setangnya didesain khusus sesuai kondisi. Gasnya pun dibuat pedal di bagian kaki. Jadi seperti mobil. Gas dan rem pakai kaki,” tutur dia.

Untuk modifikasi sendiri, Suwanto memang memerlukan cukup waktu. Khusus merombak sepeda motor dibutuhkan waktu dua minggu, sementara modifikasi sepeda ontel butuh waktu satu minggu untuk menyelesaikannya. Harganya pun menyesuaikan tingkat kerumitan. 

Kalau modifikasi motor sederhana dibanderol Rp3 juta, sedangkan modifikasi rumit dan canggih seharga Rp5 juta. Sementara khusus sepeda ontel, Suwanto mematok harga Rp2 juta.

Suwanto (kiri) saat merombak motor roda tiga.

Meski berada di bengkel sederhana, namun rupanya, pemesanan modifikasi motor dan sepeda Suwanto cukup diminati. Meskipun baru dipesan oleh penyandang diafabel seputar Jawa Tengah.

Selanjutnya>>> Dilirik pemerintah

Diberdayakan

Inovasi Suwanto dan komunitasnya untuk membuat para difabel mandiri juga dilirik oleh pemerintah. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Jawa Tengah berencana memberdayakan produk inovasi kaum difabel ini agar terus berkembang.

"Selama ini pemikiran kita tentang kaum difabel ini kan jadi beban. Ternyata setelah ditelusuri mereka enggak mau dikasihani, tapi minta diberdayakan. Inovasi ini lah yeng perlu kita dukung, " kata Kepala Balitbang Jateng, Tegoeh Wynarno Haroeno.

Pihaknya berencana akan mencari sponsor dengan menggandeng beberapa pihak dan dinas terkait. Sponsor ini nantinya bisa dikemas untuk subsidi pembuatan motor dan sepeda roda tiga. Sementara dinas terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Sosial bisa meneruskan ke arah pemasaran dan pendampingan.
 
"Kalau perlu kita lindungi kekayaan intelektualnya, seperti hak paten dan pengembangan produknya," kata Tegoeh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya