Radio akan Tetap Ada, Televisi Digilas Digitalisasi

Ilustrasi-Televisi.
Sumber :
  • REUTERS/Wilson Chu

VIVA – Saat ini zaman digitalisasi mulai bertumbuh pesat, banyak yang menganggap bisnis radio pun mulai tergerus zaman. Tapi, menurut Hardly Stefano Pariela sebagai Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran, radio masih dibutuhkan di zaman digitalisasi.

"Kalau menurut pengamatan saya, bahkan kemarin teman-teman persatuan radio DKI melakukan uji coba, mematikan radio selama 15 menit sampai setengah jam. Ternyata dicari sama orang, jadi radio akan tetap hidup dan mempunyai pasarnya sendiri," ujarnya di Jakarta, Kamis, 21 Desember 2017.

Menurutnya, radio adalah lembaga penyiaran yang bisa diakses di mana pun kapan pun. Kata dia, radio itu bisa didengar kapan saja, seperti di jalanan saat macet di dalam mobil. Oleh sebab itu, radio punya pasar sendiri yaitu untuk masyarakat urban perkotaan.

"Untuk pedesaan yang belum sampai mendapatkan penyiaran televisi, radio itu jadi alternatif. Jadi radio masih punya masa depan yang baik," ujarnya.

Saat disinggung berapa tahun kemudian umur radio akan ditinggalkan peminatnya, dia enggan berkomentar karena belum melakukan riset yang mendalam.

Menurutnya, kalau bicara digitalisasi itu sebenarnya yang diancam bukan radio tapi televisi karena digitalisasi itu lebih dominan memainkan audio dan visual.

"Jadi yang diancam oleh digitalisasi dan perubahan pada media-media baru seperti YouTube dan sebagainya itu mengancam teman-teman di televisi bukan teman-teman radio. Karena yang terganggu audio dan visual, berarti radio sendiri kan soalnya dia hanya audio saja," tuturnya.