Kisah Pedangdut, dari Honor Cuma Rp20 Ribu Kini Rp250 Juta

Sodiq Monata
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya

VIVA – Sodiq Monata, penyanyi dangdut asal Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur memiliki nama asli Sodiq Rifa'i. Dia dijuluki Raja Dangdut Koplo Indonesia.

Pencinta lagu dangdut koplo tentu mengenal nama Sodiq Monata. Sodiq memopulerkan lagu Bojo Galak karya Pendhoza. Bagi penyanyi dangdut wanita atau akrab disebut biduan belum lengkap jika belum pernah duet bersama Sodiq Monata.

Meski kini sudah cukup terkenal, namun tak mulus untuk mencapainya. Mengawali karier sebagai musisi grup orkes melayu Monata, Sodiq bermain gitar ritem. Saat memulai karier pada tahun 2002, honor yang diterima hanya Rp20 ribu.

"Pertama bayaran kru cuma Rp20 ribu sekali manggung. Sekarang kalau saya sendiri Rp50 juta. Kalau sama tim Monata Rp250 juta," kata Sodiq di Malang, Kamis, 7 Desember 2017.

Artis Jawa Timur yang kini tenar menyanyikan lagu-lagu dangdut koplo hampir semuanya pernah mengawali karier dengan Sodiq Monata. Misalnya, Via Vallen dan Nella Kharisma.

Tarif yang dipasang oleh Sodiq Monata tidak melulu sebesar Rp250 juta. Tarif mahal dipasang untuk acara besar, dengan jarak yang jauh dari markas Monata di Sidoarjo.

"Itu untuk luar Pulau Jawa, kalau dekat-dekat Sidoarjo atau Jawa Timuran, ya bisa dinego Rp25 sampai Rp40 juta. Tapi saya mulai (dapat honor) tidak langsung sebesar itu. Saya memulai dari Rp20 ribu, terus jadi vokalis pertama Rp100 ribu, rekaman pertama Rp1 juta sampai sekarang mulai puluhan juta," ujar Sodiq.

Improvisasi Khas

Buah kerja keras Sodiq tidak lepas dari perjuangannya memopulerkan lagu dangdut koplo khas Jawa Timur. Orkes Melayu Monata banyak menyanyikan lagu daerah Banyuwangi. Ia bersyukur lagu khas Banyuwangi dan Jawa Timur dinyanyikan pecinta dangdut Tanah Air.

"Bangga pasti. Lagu daerah Banyuwangi, Jawa Timur bisa diterima masyarakat Indonesia. Selain lirik dan nada gendang, koplo Jawa Timur itu punya improvisasi khas yang diucapkan oleh kru, mulai dari hokya-hokya, Oa-Oe, hingga kata-kata jenaka khas Jawa Timuran," ujar Shodiq.

Dengan nada bercanda, Shodiq berkelakar acara televisi tanpa hiburan dangdut koplo bagai sayur tanpa garam. Shodiq juga menyebut barometer dangdut koplo saat ini adalah Jawa Timur.

"Jawa Timur punya perbedaan dengan Jakarta atau Jawa Barat. Kita lebih kearah kesopanan, dan ciri khas gendang spontan kreatif dan improvisasi yang membuat nada dangdut itu lebih greget. Kita sudah mulai hilangi goyangan erotis dan pakaian yang terbuka," tutur Shodiq. (ren)