Minim Fasilitas Kemo, Sulit Tekan Angka Penderita Kanker

Stetoskop dokter
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Di seluruh dunia saat ini tercatat, delapan juta orang meninggal setiap tahun akibat kanker. Bahkan, angka kematian tersebut bisa saja terus bertambah, jika perawatan terhadap pasien terlambat ditangani.

Menurunkan angka penderita kanker tidak hanya fokus pada program deteksi dini kanker. Namun, salah satu yang turut menjadi perhatian yaitu masih minimnya fasilitas terhadap penanganan kanker.

"Meski sudah di deteksi dini, masalah yang juga hadir di kasus kanker yaitu fasilitas di rumah sakit. Fasilitas-fasilitas untuk penanganannya masih sangat memprihatinkan," ujar spesialis kanker anak, Prof. dr. Djajadiman, Sp.A, dalam Hari Kanker Sedunia, di Kemenkes RI, Jakarta, Rabu 1 Februari 2017.

Dilanjutkannya, pasien yang sudah terdiagnosa kanker, harus secepatnya diberi penanganan, salah satunya kemoterapi. Sayangnya, fasilitas kemoterapi jumlahnya masih sangat minim, sehingga pasien harus mengantre cukup lama.

"Orang kanker itu berpacu dengan penyakit. Tapi untuk menerima kemo itu, pasien harus nunggu dan antri, karena tempatnya yang masih sangat kurang. Maka kemungkinan sembuhnya menurun," jelasnya.

Adapun faktor lain yang turut memicu para pasien kanker kesulitan untuk sembuh, yaitu ketersediaan obat. Disebut Djaja, obat legal yang terbukti mampu menyembuhkan kanker, masih sangat jarang tersedia.

"Obat-obatan lain sebenarnya masih ada, tapi beberapa obat yang sangat diperlukan tidak ada di Indonesia dan tidak masuk secara resmi. Sehingga kadang kita sangat sulit mendapatkanya."