Pikir Matang-matang Sebelum Posting di Medsos

Aksi Kampanye Anti Hoax.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA – Di era digital seperti sekarang semakin banyak orang yang terhubung kehidupannya dengan media sosial. Kehidupan mereka, sedikit banyak, tercermin dari setiap postingan yang beredar.

Mulai dari orangtua hingga anak sekolah terdaftar sebagai pemiliki akun media sosial seperti Facebook, Instagram maupun Twitter.

Namun, tidak jarang juga postingan tersebut berujung fatal. Banyaknya intimidasi atau bullying lewat media sosial hingga penyebaran berita palsu atau hoax sering terjadi.

Menurut Senior Program Specialist Do Something Indonesia, Demas Ryan, terdapat empat pertanyaan yang harus diajukan sebelum memposting sesuatu tanpa menimbulkan masalah ke depan.

Berita hoax.

"Pertama soal sumber. Terpercaya atau tidak. Kalau sumbernya tulisan orang atau broadcast message di WhatsApp mungkin perlu di-double check. Terus, paham atau tidak isi dari informasi tersebut. Karena, kita kalau melihat headline, kan, sudah seru sendiri," kata dia di Jakarta, Selasa, 27 Februari 2018.

Selanjutnya, Demas mengatakan, adalah apakah terdapat dua sumber atau lebih. Karena, sebuah informasi salah satu cara untuk mengecek kebenarannya jika sudah ada banyak sumber mengatakan hal yang sama.

Terakhir, harus ada konfirmasi dari orang yang mengerti soal isi informasi. Hal ini dimaksudkan bahwa tidak semua orang mengerti tentang suatu hal, namun akan lebih baik bila informasi bisa diminta penjelasannya pada pihak-pihak yang mengerti.

New York Accuses Social Media Platforms for Youth Mental Health Crisis

"Mereka ini bisa keluarga, guru atau dosen, dan orang yang bisa dipercaya kredibilitasnya tentang informasi tersebut," paparnya.

Facebook.

Kota New York Tuntut Instagram, TikTok, Facebook, Youtube Perihal Kesehatan Mental Anak Mudanya

Selain empat pertanyaan yang disebutkan, Demas mengatakan bahwa sebelum posting sebaiknya juga bertanya tentang apa pentingnya pengguna media sosial untuk memposting informasi tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Head of Community Affairs APAC Facebook Clair Deevy menuturkan, harus ada komunikasi dua arah antara orangtua dan anak untuk menangkal berita hoax. Hal tersebut untuk menghindari informasi yang salah, terutama kepada anak-anak.

Modal Alat Dapur, Wanita Ini Selamatkan Kucing dari Lilitan Ular Besar

"Jadi, komunikasi paling penting. Karena sekarang era digitalisasi maka sumber datang dari mana saja. Bisa pula anak mengajari orangtuanya (soal penyebaran informasi). Intinya, komunikasi dua arah," tutur Deevy.

Logo Facebook.

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

The Taliban in Afghanistan have announced plans to restrict or completely block access to Facebook, a move condemned by rights activists. The Taliban’s acting minister of

img_title
VIVA.co.id
13 April 2024