Meraup Untung dari Murahnya Rupiah

Gerabah tempel khas Yogyakarta.
Sumber :
VIVAnews
- Tak semua menderita saat rupiah anjlok drastis ke level belasan ribu per dolar Amerika. Ada segelintir pengusaha kecil menengah yang beruntung dari karut marutnya ekonomi ini.


Tak seperti para perajin tempe yang mengeluh naiknya harga kedelai yang masih impor, para perajin gerabah di Yogyakarta justru hingar bingar. Bagaimana tidak, barang yang tadinya dijual 1 dolar hanya bisa mendapat Rp9.000 kini bisa menjadi Rp11 ribu, bahkan lebih. Tentu saja ini keuntungan berlipat.


Lihat saja, para perajin gerabah di Kasongan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, makin semangat mengekspor barang. Mereka senang bukan main. "Ekspor kami jadi meningkat 10 persen," kata Purwanto, perajin gerabah di wilayah itu.
3 Layar LED Videotron Meriahkan Nobar Timnas Indonesia U-23 di Balai Kota Semarang


Abah Anton Ngaku Tak Kapok Maju Pilkada Kota Malang: Ulama Milih Kita untuk Lakukan Perubahan
Purwanto mengatakan, bila biasanya sebulan cuma kirim barang satu kontainer, kali ini bisa dua. Barang-barang ini dikirim ke berbagai negara, tapi paling banyak ke Eropa. Kondisi seperti ini tak cuma di showroomnya, tapi tapi juga tempat kerajinan yang lain.

Ban Hankook untuk Mobil Listrik Diuji Ekstrem, Ini Hasilnya

Namun, geliat ini belum bisa menyaingi ramainya ekspor lima tahun lalu. "Mungkin permintaan gerabah di Eropa dan Amerika masih lesu," katanya.


Kasongan, sentra kerajinan gerabah di Yogyakarta sudah terkenal sudah lama. Dengan dimotori 300an perajin, wilayah ini bisa menghasilkan ribuan keramik dengan berbagai jenis, bentuk, dan ukuran. Produknya antara lain guci, air mancur, dan kerajinan tangan lain. Tempat ini juga jadi tujuan wisata di Bantul.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya