- VIVA.co.id
VIVA.co.id - Belakangan ini sedang gencar dikampanyekan bahwa Batik khas Indonesia tidak hanya cocok untuk orang Indonesia. Warga dari negara mana pun juga pantas memakainya.
Kesan itu yang coba disebarluaskan oleh pemuda asal Belanda, Maik van Oudernaarden. Walau bukan warga Indonesia, Maik pun bangga memakai batik.
“Batik memang baju khas orang Indonesia. Namun, dengan memakai batik juga menjadi simbol dari saya bahwa saya suka dengan Indonesia,” kata Maik. Dia menjadi salah satu model dalam Pameran Batik Indonesia di Belanda pada Senin malam waktu setempat, 7 September 2015.
Bertempat di sebuah bangunan gereja kuno nan megah peninggalan abad ke-14 di jantung Kota Den Haag, yaitu Grote Kerk, pameran ini diselenggarakan Dharma Wanita Kedutaan Besar RI di Den Haag dan Rumah Budaya Indonesia.
Malam itu menjadi pengalaman pertama bagi Maik menjadi model. Walau awalnya agak canggung, Maik pada akhirnya terlihat nyaman berjalan di hadapan puluhan undangan sambil memamerkan busana batik kontemporer dari rumah mode asal Tanah Air, yaitu Ai Syarif 1965 dan Tjantingkoe.
Maik punya alasan tersendiri mengapa dia bangga memakai baju batik. “Baju ini memiliki identitas yang kuat dari Indonesia. Saya suka dengan hal-hal yang memiliki suatu cerita dan bisa menginspirasi,” kata pria yang berdomisili di Kota Amsterdam itu.
Dia pun mengaku aktif mempromosikan baju Batik kepada teman-teman maupun kerabatnya di Belanda. Bagi dia, Batik khas Indonesia ini cocok digunakan untuk acara apa pun, baik formal maupun untuk kegiatan santai bersama teman-teman. “Maka saya pun mendukung sekali upaya mempromosikan Batik menjadi busana yang trendi,” kata Maik.
Rupanya, Indonesia kini menjadi “Rumah Kedua” bagi Maik. Dia kini tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir program S-1 Manajemen di Universitas Pelita Harapan. Baru-baru ini dia juga menjadi juara lomba pidato dalam Bahasa Indonesia yang diselenggarakan Pemerintah RI Agustus lalu setelah menyisihkan para peserta dari puluhan negara.
Sementara itu, pujian atas Pameran Batik tersebut dilontarkan oleh istri Wali Kota Den Haag, Henriette van Aartsen. “Ini acara yang bagus dan efektif untuk mengubah persepsi bahwa Batik, yang merupakan busana khas Indonesia, tidak saja dikenal sebagai baju untuk acara-acara formal, namun juga cocok dipakai untuk acara santai,” kata van Aartsen, yang menjadi tamu kehormatan pada pameran itu.
Istri Wali Kota Den Haag, Henriette van Aartsen (tengah).
Dia yakin bahwa tidak mustahil batik bisa menjadi “the next fashion trendsetter” di Belanda. “Mengapa tidak? Itu bisa saja terjadi bila banyak kaum muda menyukainya,” kata van Aartsen, yang terlihat mencoba-coba baju batik usai pameran itu.