Pasar Produk Kulit RI Makin Lebar di Dunia, Ini Buktinya

Konveksi produk kulit Permata di Sidoarjo
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ayu Utami Paramitha

VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat, pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang mengalami kenaikan pada kuartal II-2018 sebesar 4,36 persen secara tahun ke tahun, atau 1,49 persen secara kuartal ke kuartal.

5 Ancaman Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan, adapun jenis industri yang mengalami pertumbuhan positif terbesar pada kuartal II-2018 adalah industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki yang naik 27,73 persen.

"Tertinggi industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, karena ekspor kemarin ke beberapa negara juga mengalami peningkatan,” ujar Suhariyanto di kantornya, Rabu 1 Agustus 2018.

Urgensi Sensus Pertanian di Era Kebijakan Berbasis Data

Menurut dia, permintaan dari luar tampaknya memacu produksi khusus untuk industri jenis kulit dan alas kaki, sehingga pertumbuhan produksinya meningkat 27,73 persen.

Meski meningkat terbesar, dia mengatakan, kontribusi industri tersebut masih kecil terhadap total produksi industri, yakni hanya sebesar 1,59 persen. Sementara itu, yang memiliki kontribusi terbesar masih industri makanan yang mencapai 25,41 persen.

Memotret Sensus Pertanian 2023, Menjaga Ketanganan Pangan di Masa Depan

"Ini sangat berpengaruh, jadi kalau industri makanan lambat, maka keseluruhan industri akan ketarik ke bawah, karena share industri makanan ini adalah 25,41 persen, yang pada kuartal II tumbuh cukup menggembirakan, yaitu sebesar 8,60 persen," tuturnya.

Dia pun menjabarkan, ada beberapa produksi industri manufaktur besar dan sedang yang mengalami penurunan produksi pada kuartal II-2018. Di antaranya jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan, yaitu turun 11,37 persen.

Selain itu, penurunan produksi terjadi pada industri komputer, barang elektronik dan optik sebesar 8,84 persen. Lalu, industri bahan kimia turun sebesar 4,94 persen. Sementara itu, industri kertas dan kendaraan bermotor masing-masing turun 3,94 persen dan 1,77 persen.

"Jadi yang perlu mendapat perhatian adalah industri bahan kimia dan barang kimia yang mengalami penurunan negatif, industri kertas juga negatif, barang galian juga negatif, satu lagi jasa reparasi dan pemasang mesin yang kalau dilihat secara yoy," kata Suhariyanto.

Sementara itu, untuk industri mikro dan kecil, Suhariyanto mengatakan, pertumbuhannya juga menggembirakan. Secara tahun ke tahun tumbuh sebesar 4,93 persen, sedangkan secara kuartal ke kuartal naik 1,34 persen.

"Pergerakannya secara kuartal mirip dengan industri besar dan sedang, di mana kuartal II sebesar 4,93 persen ini agak lebih lambat dibanding kuartal I-2018 yang sebesar 5,25 persen," tuturnya.

Adapun yang menopang pertumbuhan tersebut, dikatakannya berasal dari bahan kimia dan barang kimia sebesar 25,55 persen dengan kontribusinya yang hanya 1,10 persen. Sementara itu, yang mengalami penurunan produksi adalah industri pengolahan tembakau yang mengalami penurunan paling tajam atau sebesar negatif 57,28 dengan kontribusinya sebesar 0,07 persen.

"Jadi yang perlu jadi perhatian adalah industri pengolahan tembakau, di sana dari sisi supply tembakaunya yang kualitasnya kurang bagus dan juga ada beberapa produksi tembakau di beberapa provinsi yang rendah," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya