Logo DW

Mampukah Pariwisata Bali Bertahan di Tengah Badai Corona?

picture-alliance/NurPhoto/D. Roszandi
picture-alliance/NurPhoto/D. Roszandi
Sumber :
  • dw

Bak layangan di tengah badai mungkin istilah yang tepat menggambarkan kondisi pelaku usaha pariwisata di Bali kini. Mereka harus banting setir guna cukupi kebutuhan hidup selama pandemi, bahkan ada yang harus menganggur.

“Hancur mas,“ jawab Bayu lirih. Itulah kata yang dilontarkan salah seorang pemilik usaha tour & travel di Bali ini menggambarkan kondisi para pelaku usaha pariwisata di sana kini kepada DW Indonesia.

Tak heran, sejak pertama kali kasus positif COVID-19 diumumkan di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo awal Maret lalu, pandemi yang telah merenggut nyaris 900 ribu nyawa di seluruh dunia ini dengan cepat memukul perekonomian.

Pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi cukup dalam, yakni -5,32 persen. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pandemi corona sebagai “perfect storm“ yang memporakporandakan perekonomian Indonesia.

Jika nantinya pada kuartal III pertumbuhan ekonomi kembali terkontraksi, dipastikan Indonesia memasuki jurang resesi, seperti halnya Singapura dan Australia.

Sektor pariwisata jadi salah satu sektor yang paling terpukul karena pandemi. Sempat ditutup untuk kunjungan wisatawan, Bali telah membuka kedatangan wisawatan domestik sejak 31 Juli lalu. Tetapi Pulau Dewata itu masih tertutup bagi wisatawan mancanegara (wisman), yang biasanya paling banyak menghamburkan uang selama berlibur di sana.

Bali yang digadang-gadang akan membuka gerbangnya bagi wisman pada 11 September mendatang, akhirnya urung melakukan hal tersebut. Pemerintah beralasan masih terus mengevaluasi situasi dan kondisi penyebaran virus corona terkait dibukanya kunjungan pariwisata bagi wisman.

Bayu yang berbasis di Denpasar menceritakan, selama pandemi ini dia terpaksa menganggur karena tidak ada kunjungan wisatawan asing. Pria yang mulai merintis usaha tour & travel sejak tahun 2011 ini, mengaku dapat menerima kunjungan wisatawan rata-rata 30 orang per bulan sebelum pandemi melanda. Jumlah itu bisa naik dua kali lipat jika memasuki puncak musim liburan. Mayoritas para tamunya adalah wisman asal Australia.