Alasan Mengapa Saat Transisi Energi Gas Menjadi Opsi Terbaik RI

Petugas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengalirkan gas bumi CNG (Compressed Natural Gas) untuk industri di PRS (Pressure Reducing Station) Tambak Aji Semarang, Jawa Tengah.
Sumber :
  • VIVA/Dhana Kencana

VIVA – Dalam mewujudkan komitmen Indonesia bebas dari emisi karbon pada 2050-2060 pemanfaatan sumber energi Gas menjadi pilihan terbaik. Hal itu disampaikan oleh Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Arcandra Tahar.

Memahami Transisi Energi Bersama Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia

Menurut Arcandra, jika melihat kondisi sejumlah negara di Eropa saat ini pemanfaatan gas menjadi pilihan kembali, usai kegagalan mereka dalam melakukan bauran energi hijau dari matahari dan angin.

Sebab, di tengah permintaan yang meningkat karena pulihnya kondisi ekonomi pasca pandemi, kapasitas energi yang dimiliki eropa tak mencukupi dari yang dihasilkan matahari dan angin, sehingga terjadilah krisis energi.

Songsong Era PLTN, BRIN Garap Riset Konversi Pembangkit Listrik Batu Bara Menjadi Nuklir

Baca juga: Meski Harganya Naik, Mendag Sebut Produsen Telur Merugi

"Dan Eropa pun sekarang mulai kembali. Saya dapat data, gas di Norwegia yang tadinya di-inject ke dalam, sekarang sudah dipakai lagi untuk kebutuhan market. Pipa gas yang dibangun dari Rusia ke Eropa Barat juga dinanti-nantikan untuk bisa on stream," kata Arcandra pada acara PGN Energy and Economic Outlook 2022 di Jakarta, Rabu 12 Januari 2022.

Demi Cari Solusi Percepatan Transisi Energi, MKI Mulai Jalin Kolaborasi

Dengan kondisi yang terjadi saat ini, Arcandra pun yakin kebutuhan gas di Eropa akan sangat signifikan dalam masa transisi. Dan kondisi itu menjadi kesempatan buat Indonesia, karena jauh lebih bersih ketimbang batu bara.

Tak sampai di situ, Arcandra juga menilai pemanfaatan sumber energi gas juga dapat dikombinasikan dengan Energi Baru Terbarukan (EBT). Sebab, gas hanya butuh waktu sekitar 10 menit masuk ke jaringan listrik utama. 

Petugas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengalirkan gas bumi CNG (Compressed Natural Gas) untuk industri di PRS (Pressure Reducing Station) Tambak Aji Semarang, Jawa Tengah.

Photo :
  • VIVA/Dhana Kencana

Sementara jika menggunakan PLTU, Arcandra menyatakan dibutuhkan waktu 10-11 jam sampai listrik masuk dalam jaringan dan bisa digunakan jika listrik dari sumber EBT habis atau tidak bisa digunakan.

"Jadi apa, yang punya performance yang kurang lebih sama dengan batu bara? Untuk masa transisi adalah gas, tapi untuk renewable energy geothermal," ungkap Arcandra.

Dan untuk masa transisi menuju 2050-2060, dan net zero yang Indonesia canangkan, Arcandra menilai tentu ada masa antara. Dan di masa transisi itu maka energi yang bersih dari fosil adalah gas. 

"Artinya kesempatan kita dalam masa transisi jauh kedepan adalah menggunakan gas," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya