Transaksi Bursa Karbon Indonesia Melesat Lebih Cepat dari Malaysia

Ketua DK OJK, Mahendra Siregar.
Sumber :
  • Dokumentasi OJK.

Jakarta – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan, Bursa Karbon Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan setelah persiapan yang membutuhkan waktu selama delapan bulan.

DMasiv hingga Mario G Klau Siap Merahkan Amazing Concert di Malaysia

Dia mengatakan, hal itu masih lebih cepat dibandingkan dengan Bursa Karbon negara-negara tetangga, yang umumnya membutuhkan waktu antara 1-2 tahun persiapan sampai kemudian bisa diluncurkan.

"Sebagai pembanding, di negara tetangga kita membutuhkan waktu 1,5 sampai 2 tahun (untuk meluncurkan Bursa Karbon)," kata Mahendra dalam telekonferensi di peluncuran Bursa Karbon Indonesia, Selasa, 26 September 2023.

Diwawancarai Media Malaysia, Atta Halilintar Dipuji Warganet Lantaran Bisa Berbahasa Melayu

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Keuangan Indonesia (OJK), Mahendra Siregar.

Photo :
  • Press Release

Dia mengatakan, proses peluncuran Bursa Karbon Indonesia yang lebih dahulu dibandingkan dengan negara tetangga itu, merupakan arahan langsung dari Presiden Jokowi.

KTM Mahasiswa hingga KTA Alumni Universitas Udayana Bakal Bisa Buat Transaksi Keuangan

"Presiden Jokowi memperingatkan untuk tidak lambat bekerja, dan kami telah melaksanakannya dalam waktu 8 bulan ini," ujar Mahendra.

Selain itu, Mahendra juga membandingkan transaksi Bursa Karbon di Malaysia, yang membutuhkan waktu sampai empat bulan sampai bisa dilakukan. Padahal di Indonesia, proses transaksi bisa langsung dilakukan hari itu juga sejak peluncuran bursa karbon dilakukan.

Bursa Karbon Indonesia.

Photo :
  • Tangkapan layar.

"Jika bursa karbon Negeri Jiran perlu 3-4 bulan sampai transaksi perdana bisa dilakukan, maka kita berharap dari laporan Bursa Karbon pada hari ini, transaksi perdana dapat kami lakukan pada hari ini juga," ujarnya.

Diketahui, sebelumnya Presiden Jokowi mengatakan bahwa potensi pasar dari bursa karbon Indonesia mencapai Rp 3.000 triliun lebih. Dia menjelaskan, terdapat sekitar 1 gigaton CO2 kredit karbon yang bisa ditangkap. Jumlah yang sangat besar itu menurutnya harus dilihat sebagai sebuah kesempatan ekonomi baru yang berkelanjutan, dan sejalan dengan arah dunia yang tengah menuju ekonomi hijau.

"Ada kurang lebih 1 gigaton CO2 kredit karbon yang bisa ditangkap. Jika di kalkukasi, potensi bursa karbon kita itu bisa mencapai Rp 3.000 triliun, bahkan lebih," kata Jokowi dalam telekonferensi di acara peluncuran bursa karbon Indonesia, Selasa, 26 September 2023.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya