Rupiah Anjlok ke Rp 15.610 per Dolar AS, Ini Penyebabnya

Ilustrasi rupiah dan dolar AS.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah pada perdagangan Kamis pagi, 23 November 2023. Mata uang garuda melemah sebesar 0,22 persen atau 35 poin menjadi Rp 15.610 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.575 per dolar AS.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp 15.584 per 22 November 2023. Posisi rupiah itu tercatat melemah dari sebelumnya, yang berada di level Rp 15.436 pada 21 November 2023.

Menurut Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan terbatas karena investor menantikan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada siang hari ini.

Trade Minister: No Need to Worry about Weakening of Rupiah

“Pelemahan tidak akan besar di awal sesi, investor masih akan wait and see menantikan hasil rapat dewan gubernur BI,” ujarnya, Kamis, 23 November 2023.

Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Melemah di Level Rp 16.220 per Dolar AS, Rupiah Diproyeksi Menguat

Rupiah melemah terhadap dolar AS pada hari karena dipengaruhi data klaim pengangguran AS yang lebih rendah dari perkiraan, yakni menurun 24 ribu menjadi 209 ribu dengan ekspektasi sebelumnya 225 ribu.

Secara keseluruhan, 1,84 juta orang Amerika menerima tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir Sabtu 11 November 2023, turun 22 ribu dari pekan sebelumnya.

Demi menjaga rupiah agar tidak terperosok akibat penguatan dolar AS, dia menilai BI masih harus mempertahankan suku bunga. Terlebih, pada risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dua hari lalu, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell masih memberikan pernyataan cukup hawkish, yaitu inflasi masih jauh di atas target dan suku bunga tinggi masih diperlukan saat ini.

“Hal yang dinantikan investor adalah seberapa optimis atau hawkish pernyataan BI nanti,” ucap Lukman. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya