Libya, Negeri Gudang Minyak di Afrika Utara

Unjuk rasa warga Libya di depan Gedung Putih, Amerika Serikat
Sumber :
  • AP Photo/Manuel Balce Ceneta

VIVAnews - Harga minyak dunia terus bergejolak menyusul terjadinya serangkaian demonstrasi antipemerintah di kawasan Afrika Utara, terutama di Libya. Minyak mentah jenis Brent pada perdagangan Senin kemarin melonjak 2,6 persen menjadi US$105,2 per barel, level tertinggi sejak sebelum krisis 2008.

Kantor berita BBC, Selasa 22 Februari 2011, melaporkan Libya merupakan eksportir minyak terbesar dunia ke-12. Wajar saja bila ketegangan politik di sana turut mengganggu harga minyak dunia.

Penghasil minyak terbesar ketiga di Afrika, setelah Nigeria dan Angola ini sempat tersisih di kancah internasional akibatĀ  pemboman pesawat di wilayah udara Lockerbie, Skotlandia, pada 1988.

Kemenag Sumbar Ancam Cabut Izin Agen Travel Haji yang Melakukan Penyimpangan

Hubungan dengan dunia luar mulai mencair ketika Presiden Moamar Khadafi, pada 2003, setuju membayar ganti rugi kepada keluarga 270 korban tewas dalam peristiwa itu. Pada tahun itu, PBB dan Amerika Serikat pun mencabut sanki yang telah diberikan sejak 1990.

Setelah sanki berakhir, investor asing berdatangan dalam lima tahun terakhir. Termasuk perusahaan minyak besar seperti, BP dan Exxon Mobil. Eksplorasi minyak besar-besaran pun terjadi.

BP menandatangani kesepakatan dengan Libya Investment Corporation pada 2007 untuk mengeksplorasi dua daerah. Satu melibatkan pengeboran lepas pantai di cekungan Sirte, Mediterania, dan yang lain di padang pasir, barat negara itu.

Juru bicara BP mengatakan bahwa pengeboran cekungan Sirte masih terus dilakukan. Namun BP telah menghentikan kegiatan di Gurun Ghadames, dan menarik seluruh pekerja di sana.

Meski operasi BP belum menyebabkan produksi aktual minyak, cekungan Sirte merupakan penyokong terbesar produksi minyak Libya. Cekungan ini mengandung 44 miliar barel atau sekitar 80 persen dari cadangan minyak negara itu. Cadangan cekungan ini terbesar di Afrika.

Minyak Libya terkenal dengan jenis Light Sweet dengan kandungan sulfur yang rendah. Minyak mentah ini sangat ideal untuk diolah menjadi bensin dan solar.

Meski tak ada data resmi, diperkirakan hampir 95 persen produksi minyak dan gas alam Libya diekspor. Lebih dari setengah produk domestik bruto (PDB) Libya berasal dari sektor ini.

Sebelum kerusuhan dimulai, perekonomian negara itu sedang booming. Dana Moneter Internasional menyatakan perkonomian Libya tahun lalu tumbuh 10,6 persen, dan diproyeksikan akan tumbuh 6,2 persen pada tahun ini.

Namun, salah satu alasan terjadinya protes besar adalah kekayaan minyak itu tak menetes sampai penduduk umum. Menurut beberapa perkiraan seperti dikutip dari BBC, sekitar sepertiga penduduk Libya hidup dalam kemiskinan.

Penduduk Libya sudah lazim memiliki dua pekerjaan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Meski biaya kesehatan dan pelayanan masyarakat di sana gratis, tetap saja belum membantu standar hidup mereka. (umi)

Pria Plontos Ajak Youtuber Korea ke Hotel Ternyata Pejabat Bandara Kolaka

Klarifikasi 'Om Albert' soal Viral Video Ajak Youtuber Korea ke Hotel

Asri Damuna alisa 'Om Albert' pria yang mengajak Youtuber cantik asal Korea Selatan ke hotel akhirnya angkat bicara mengenai videonya yang saat ini viral di media sosial.

img_title
VIVA.co.id
11 Mei 2024