Logo DW

Jerman Hadapi Medan Baru Perang Melawan Terorisme

picture-alliance/dpa/F. Kästle
picture-alliance/dpa/F. Kästle
Sumber :
  • dw

Para narapidana "radikal" ini tidak dibiarkan mendekam berkumpul di satu penjara, melainkan dipencar di penjara berbagai kota. Keberadaan para radikalis ini turut mempengaruhi narapidana muslim yang lain, lantaran dahaga dakwah para simpatisan ISIS. Batuhan menilai agama berperan penting bagi kebanyakan napi. Jika ada yang memiliki pertanyaan seputar Fiqh Islam, misalnya, atau ketika terjadi serangan teror, "kami berbincang tentang alasan di baliknya."

Pemerintah Jerman meyakini jumlah narapidana yang terpapar ideologi radikal akan semakin bertambah. Tahun lalu saja Kejaksaan Agung melayangkan 855 penyidikan terkait dugaan aktivitas kelompok radikal Islam di lembaga permasyarakatan.

Masalah makin rumit

Permasalahan ini akan bertambah rumit dengan potensi kepulangan jihadis ISIS lain asal Jerman yang saat ini mendekam di penjara-penjara Suriah dan Irak. "Kalau kader ISIS berotak cemerlang pulang, maka mereka akan melanjutkan aktivitasnya di lapas," kata Peneliti Terorisme Michael Kiefer.

Faktanya sebagian besar serangan teror di Eropa dilancarkan oleh mereka yang terpapar ideologi radikal di penjara. Fenomena ini bisa disimak pada serangan di Paris dan Brussels atau pada sosok Anis Amri yang menabrak 11 orang hingga meninggal dunia di sebuah pasar Natal di Berlin, 2016 silam.

Lebih separuh dari sekitar 5.000 jihadis asal Eropa Barat yang memenuhi panggilan ISIS agar berperang di Suriah dan Irak, memiliki catatan tindak kriminal. Tidak sedikit yang pernah tercatat sebagai anggota geng, pengedar narkoba atau maling. Fakta ini dikumpulkan oleh Pusat Penelitian Radikalisme di King's College di London pada 2018 silam.

Pengelola lapas di Jerman berusaha mencegah para jihadis menyebarkan ideologinya kepada narapidana lain. Namun upaya tersebut sulit diimplementasikan. "Di dalam sini (penjara) lebih mudah meyakinkan orang," untuk menganut ideologi tertentu, kata Batuhan.