Logo ABC

Bantuan China pada Dunia Hadapi Virus Corona Dituding Pencitraan

Petugas medis dan paramedis dari Tiongkok memberi hormat setelah tiba di bandara Malpensa di Milan, Rabu, 18 Maret 2020.
Petugas medis dan paramedis dari Tiongkok memberi hormat setelah tiba di bandara Malpensa di Milan, Rabu, 18 Maret 2020.
Sumber :
  • abc

Dalam komunikasinya tersebut, Prabowo juga mengirimkan daftar kebutuhan Indonesia kepada Menhan China.

"Secara umum apa yang dibutuhkan oleh rumah sakit adalah alat kesehatan, ventilator, alat rapid test, APD," kata Prabowo kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta hari Senin lalu (23/03).

Mengapa China menawarkan bantuan?

Chinese President Xi Jinping wears a medical mask as he waves during what looks like a press event
Xi Jinping mengunjungi Wuhan untuk pertama kalinya sejak wabah virus corona. Selasa 10 Maret (waktu setempat).

Supplied: State Media

Bantuan China datang saat terjadi ketegangan pada sistem internasional, menyusul banyaknya negara yang lebih memprioritaskan kebutuhan warganya sendiri daripada kebutuhan tetangganya.

Ketegangan ini terlihat jelas di antara negara-negara Uni Eropa, wilayah dengan jumlah infeksi tertinggi saat artikel ini dibuat.

Awal bulan Maret, Jerman dan Prancis dikecam negara-negara Uni Eropa saat mereka mengambil posisi untuk menjaga stok persediaan medis yang diproduksi di dalam negeri.

Langkah memprioritaskan dalam negeri telah menimbulkan kekhawatiran bahwa pandemi corona berpotensi merusak solidaritas di dalam Uni Eropa.

Amerika Serikat, saat pandemi Ebola memiliki peran besar dalam skala global, belum berada di garis depan saat ini.

Departing medical workers enter Wuhan s airport after completing their duties in the city.
Pada foto 18 Maret 2020 yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua China ini, orang-orang bertepuk tangan saat para pekerja medis berangkat memasuki Bandara Internasional Wuhan Tianhe.

Xinhua via AP

Mengingat riwayatnya dalam konflik internasional, banyak pihak kini memuji China karena bantuan yang ditawarkannya.

Namun akademisi dari Australian National University (ANU) dengan konsentrasi keahlian tentang China, Graeme Smith, punya analisis yang berbeda.