Siapa yang Diinginkan China untuk Menang Pilpres AS, Trump atau Biden?
- bbc
Para pejabat Partai Komunis China sudah sejak lama penasaran tapi juga terganggu dengan pemilihan presiden Amerika Serikat.
Bisa dipahami juga pilpres di AS selalu dipantau secara saksama oleh para pejabat di Beijing.
Namun hajatan demokrasi di AS digelar dalam situasi yang berbeda: pandemi Covid-19 masih terus menyebar, lanskap ekonomi yang hancur, dan polarisasi politik yang sangat tajam.
China merasakan ada sesuatu yang telah berubah.
Yang terancam bukan otoriterisme China, melainkan demokrasi Barat, yang tiba-tiba seperti menghadapi krisis legitimasi.
Ekonomi paling bebas dan terkaya di dunia, yang pernah dianggap berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk melawan virus -- melalui alat transparansi dan akuntabilitasnya -- telah dianggap gagal.
Sementara China, yang awalnya dituduh menutup-nutupi skala pandemi, dengan aneka sumber daya dan konsenstrasi kekuasaan, memaksa orang mengikuti karantina secara massal. Dampaknya sungguh terasa.
Pabrik, toko, restoran, sekolah, dan universitas semuanya buka, jumlah penumpang angkutan umum hanya sedikit di bawah rata-rata sebelum pandemi.
Perekonomian China diharapkan bisa tumbuh, ketika banyak semua negara lain diperkirakan menyusut.
Ada ongkos yang harus dibayar.
Sensor ketat bisa membuat apa yang sebenarnya terjadi tak bisa diberitakan.
Tak seorang pun diizinkan memberikan suara yang berarti untuk atau menentang pembuat keputusan mana pun, di tingkat pemerintahan mana pun.
Namun, para petinggi mengklaim pendekatan mereka membawa hasil.