Logo DW

Kisah WNI Disapa Ni Hao di Jerman: Apakah Bentuk Diskriminasi?

Privat
Privat
Sumber :
  • dw

Tapi lain halnya, ketika saya tengah berjalan dengan santai di tengah kota dan entah siapa tiba-tiba menyahuti saya dengan ucapan “Ni Hao.” Saya yakin hampir setiap orang Asia yang pergi ke luar dari benuanya pernah mendengar ucapan ini. Ada dua tipe kejadian ketika orang menyahuti saya dengan kata “Ni Hao”, yang merupakan ekuivalen dari kata “Halo” dalam bahasa Mandarin.

Tipe pertama adalah yang paling saya benci dan jelas-jelas merupakan bentuk diskriminasi. Yang semacam ini saya alami ketika tengah berjalan-jalan dengan santai dan entah siapa meneriaki saya “Ni Hao” dan langsung melesat pergi begitu saja. Terlihat jelas bahwa orang-orang semacam ini tidak tertarik untuk menciptakan konversasi. Mereka meneriaki saya demikian karena tampilan fisik saya yang berbeda. Ketika hal ini terjadi saya hanya bisa berdiam diri, berusaha untuk memproses apa yang baru saja terjadi.

Tentu saja saya merasa marah. Diteriaki “Ni Hao” terasa seperti bentuk sumpah serapah, seakan-akan mereka berusaha untuk berkata bahwa saya tidak berasal dan tidak diterima di sini. Ingin rasanya saya bertanya kepada mereka apa yang melintas di benak mereka ketika mereka berkata demikian. Tentu saja tipe pertama ini saya temui dalam variasi frasa klasik lain seperti “Ching Chong” atau “Konnichiwa”. Saya pernah diteriaki “Ni Hao” oleh berbagai orang di Jerman, dari warga lokal Jerman sendiri, imigran dari Timur Tengah atau Turki, dan bahkan turis asing kulit putih yang berkunjung di Jerman.

Tipe kedua saya temui umumnya ketika tengah membeli Döner, sejenis makanan Turki. Beberapa kali sang penjual menyapa saya dengan kata “Ni Hao”. Di saat seperti ini saya tidak ingin langsung menilai bahwa sang pelaku bertindak rasis. Terkadang saya bisa melihat dari nada bicara dan ekspresi wajah bahwa mereka benar-benar bermaksud untuk menyapa saya.

Berhubung percakapan pun bisa dilanjutkan, saya biasanya mengucapkan terima kasih namun kemudian mengoreksi bahwa saya tidak datang dari Tiongkok. Hal semacam ini masih bisa saya maklumi. Orang-orang yang termasuk tipe kedua adalah mereka-mereka yang mungkin berusaha untuk bertindak ramah namun salah sasaran.

Tidak semuanya rasis

Belakangan ini tidak sedikit media yang mulai menyoroti kejengahan berbagai warga Asia ataupun keturunan Asia terhadap frasa “Ni Hao” ini. Di Jerman sendiri, sebuah proyek mahasiswa Indonesia di Berlin mengangkat masalah ini ke permukaan (https://www.scmp.com/lifestyle/arts-culture/article/3095735/no-one-stood-us-asians-europe-wake-truth-racism-and-are-no) Terlebih sejak pandemi COVID-19, insiden rasis terhadap warga negara Asia di berbagai negara dan yang saya alami secara pribadi juga semakin meningkat.