Logo DW

Iran-Taliban, Musuh Bebuyutan Kini Mendekat Demi Kepentingan

WANA/REUTERS
WANA/REUTERS
Sumber :
  • dw

Dalam pembicaraan Taliban-Iran di Teheran pada bulan lalu, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, mengatakan kepada delegasi Taliban bahwa strategi Amerika Serikat adalah mendukung berlanjutnya kekerasan dan perang antarkelompok di Afghanistan dalam spektrum politik," demikian menurut kantor berita negara Iran IRNA.

Namun Kepala Biro Politik Taliban Abdul Ghani Baradar enggan berbasa-basi dan mengatakan: "Kami tidak percaya dengan Amerika Serikat dan kami akan melawan kelompok mana pun yang memasok layanan tentara bayaran untuk AS."

Baredar juga menuduh pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang baru saja berakhir telah gagal bertindak konstruktif sesuai perjanjian yang ditandatangani dengan Taliban di Doha, Qatar, pada Februari 2020. Perjanjian ini berhasil ditandatangani setelah melalui negosiasi berkepanjangan.

Pembicaraan antara Taliban dan Iran belakangan ini tidak lagi dianggap sebagai hal yang luar biasa, tetapi tetap tidak ada kesepakatan pasti. Lagipula, hubungan kedua pihak memang tidak selalu sedekat saat ini. Sebaliknya, keduanya adalah musuh bebuyutan sampai belum lama ini. Tahun 1998, Iran bahkan hampir saja melancarkan serangan militer terhadap Taliban, menyusul serangan militan Afghanistan dan Pakistan yang menewaskan 11 warga Iran, termasuk beberapa diplomat di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan utara.

Jalan panjang mencari dan menemukan mitra baru

Setelah serangan teror di New York dan Washington pada 11 September 2001, Iran mendukung Amerika Serikat dalam pertempuran melawan Taliban. Amerika mengatakan pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden tanggung jawab atas peristiwa 9/11 tersebut.

Pada saat itu, bin Laden tinggal di Afghanistan dan para pemimpin Taliban menolak menyerahkannya. Tindakan telah ini mendorong AS, bersama dengan berbagai pihak dari Afghanistan, untuk berperang menggulingkan rezim Taliban.