Logo DW

Iran-Taliban, Musuh Bebuyutan Kini Mendekat Demi Kepentingan

WANA/REUTERS
WANA/REUTERS
Sumber :
  • dw

Rezim memang runtuh, tapi Taliban terus berperang melawan pemerintah baru yang didukung Barat di Kabul, serta melawan tentara Afghanistan dan sekutu NATO-nya.

Para ekstremis militan ini tadinya dibiayai oleh Arab Saudi. Namun setelah invasi AS ke Irak pada tahun 2003, pendanaan ditanggung oleh yayasan fundamentalis swasta.

Riyadh telah memotong pendanaan mereka setelah Washington meningkatkan tekanannya terhadap Saudi dan sekutu dekatnya di kawasan itu. Taliban kemudian mulai mencari mitra baru. Iran menjadi jawabannya.

Demi kepentingan bersama, Syiah-Sunni pun bersatu

Awalnya, hubungan baru Iran-Taliban ini kelihatannya tidak terlalu menjanjikan. Dalam hal keimanan saja, meski sama-sama muslim, paham yang dianut keduanya sangat berbeda.

Iran menganggap dirinya sebagai pelindung dan pemimpin Syiah, sedangkan Taliban mendukung interpretasi Sunni radikal atas Islam. Tetapi kini perbedaan yang ibarat dua kutub ini tidak lagi penting, demikian menurut Hamidreza Azizi dari Institut Jerman untuk Keamanan dan Masalah-masalah Internasional (SWP) di Berlin, Jerman.

"Jelas bahwa kedua belah pihak mengambil pendekatan yang sangat pragmatis. Dari sudut pandang Iran, Taliban terlalu berpengaruh untuk diabaikan. Sebaliknya, Taliban tidak mengabaikan keyakinan radikal mereka tapi mereka juga menunjukkan kesediaan untuk memainkan peran politik. Itu juga jelas (terlihat) dari pembicaraan mereka dengan Amerika Serikat tentang masa depan Afghanistan. Dan, pada gilirannya, ini adalah alasan bagi Iran untuk mempertahankan kontak dengan Taliban."