Logo ABC

Alasan RI Tetap Undang Rusia ke G20 Meski Diprotes Negara Lain

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam sebuah pertemuan di Rusia tahun 2016. (Supplied: Reuters/Sergei Karpukhin)
Presiden Joko Widodo berbincang dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam sebuah pertemuan di Rusia tahun 2016. (Supplied: Reuters/Sergei Karpukhin)
Sumber :
  • abc

Tanggapan Jokowi telah menuai protes dari banyak kalangan di Indonesia, yang kecewa karena pemimpin negara berpenduduk terbesar keempat di dunia itu tampaknya tidak memiliki sikap yang jelas tentang invasi tersebut.

"Ketika seluruh dunia, bahkan warga Rusia sendiri, mengecam invasi kepada Ukraina, sangat mengherankan Pemerintah Indonesia yang katanya cinta perdamaian malah tidak mengeluarkan statement tegas," kata anggota parlemen Rizki Natakusumah.

"Padahal Indonesia sekarang memiliki momentum emas sebagai presiden G20 yang pastinya dinantikan dunia. Jangan sampai momen berharga ini terlewatkan karena presiden tidak menjawab dinamika global," tambahnya.

Akun resmi Misi PBB Norwegia di New York melansir daftar negara-negara yang mendukung draf resolusi mengakhiri agresi Rusia terhadap Ukraina.

Tidak ada nama Indonesia di dalamnya.

Indonesia pada akhirnya mengutuk invasi tersebut dalam resolusi selanjutnya di PBB, sementara negara-negara seperti China dan India abstain, atau tidak menentukan sikap.

Namun, Indonesia abstain dalam pemungutan suara untuk mengeluarkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

Kesempatan untuk membeli minyak murah mungkin menjadi salah satu faktor pendorong ambivalensi Indonesia atas Ukraina.

Selain itu, ada juga soal pembelian alat-alat militer — Rusia telah menjual senjata kepada Indonesia senilai lebih dari $2,5 miliar selama 30 tahun terakhir, dan merupakan pemasok senjata terbesar di Asia Tenggara.

Sementara banyak negara telah memberlakukan sanksi, perusahaan minyak negara, Pertamina, sedang mempertimbangkan untuk membeli minyak mentah dari Rusia.

Pekan lalu di sidang parlemen, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan di tengah ketegangan geopolitik saat ini, Pertamina melihat "kesempatan untuk membeli dari Rusia dengan harga yang baik".