Pengacara Inggris yang Anaknya Dibunuh IDF Sebut Cara Brutal Israel Akan Buat Dukungan Barat Hilang

Anthony Hurndall (kiri) bersama anaknya Tom Hurndall (kanan).
Sumber :
  • The Standard.

Gaza – Seorang pengacara Inggris yang putranya dibunuh oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengatakan bahwa Tel Aviv akan kehilangan dukungan Barat, jika terus melakukan sikap tidak etis dan tidak manusiawi di Jalur Gaza.

Geger Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza, Belasan Tentara Terluka

Anthony Hurndall berbagi informasi tentang penembakan putranya, Tom Hurndall, dan menunjukkan bagaimana taktik militer Israel bertanggung jawab atas pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah. Tom adalah seorang mahasiswa fotografi, sukarelawan Gerakan Solidaritas Internasional dan aktivis yang menentang pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Pada April 2003, pemuda berusia 22 tahun itu ditembak oleh penembak jitu IDF Taysir Hayb saat membantu anak-anak Palestina yang terjebak dalam baku tembak di Gaza. Dia kemudian mengalami koma dan meninggal sembilan bulan kemudian.

Pengakuan Pelaku Membunuh Paman dan Jasadnya Dibungkus Sarung

Tom Hurndall tewas ditembak tentara Israel.

Photo :
  • Istimewa.

Investigasi mengungkapkan bahwa staf medis Rumah Sakit Soroka mengeluarkan pecahan peluru dari otak Tom. Awalnya, pihak rumah sakit mengklaim bahwa luka-lukanya disebabkan oleh tongkat baseball. Pemerintah Israel mengklaim dia membawa senjata.

Permintaan Layanan Kesehatan Melonjak, ICRC Buka RS Lapangan di Rafah

Hayb kemudian dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena pembunuhan setelah terungkap bahwa dia mengira Tom mengikuti prosedur standar militer.

“Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa, sebagai praktik standar, IDF secara rutin salah menggambarkan warga sipil dan anak-anak sebagai militan, atau bersenjata, dan mengarang laporan mengenai peristiwa tersebut sebagai dalih untuk membunuh mereka,” kata Anthony Hurndall, yang merupakan direktur Pusat Keadilan.

“Klaim ini tampak serupa dengan klaim yang dibuat IDF saat ini untuk membenarkan pemboman, rudal, dan serangan lainnya terhadap sasaran sipil dan rumah sakit di Gaza. Ini adalah pandangan dari kalangan diplomat, yang diungkapkan kepada kami pada saat itu, bahwa IDF tampaknya menganggap diri mereka kebal dari akuntabilitas, dan bebas untuk menggambarkan secara keliru warga sipil yang tidak bersalah sebagai sasaran militer yang sah dan menjadikan mereka sebagai sasaran, sebagai bentuk intimidasi atau hukuman kolektif," lanjutnya, dikutip dari Arab News, Kamis, 30 November 2023.

Anthony juga mengakui adanya tekanan yang tak henti-hentinya dari pemerintah dan pers Inggris, untuk mengungkap mekanisme militer yang bertanggung jawab atas kematian putranya.

“Sayangnya, warga sipil Palestina tidak memiliki sumber daya atau dukungan untuk melindungi diri mereka dengan cara ini. Pemerintah dan media Barat nampaknya terlalu bersedia menerima laporan dan narasi Israel dan mengulanginya,” tuturnya.

“Dengan melakukan hal ini mereka secara aktif mendorong pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak, dalam pandangan saya, mereka sendiri terlibat dalam, atau setidaknya membiarkan, pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil dan kejahatan perang.” 

Anak-anak terluka akibat serangan bom Israel di Gaza.

Photo :
  • AP Photo/Hatem Moussa.

Dia juga mengatakan bahwa selama bertahun-tahun dirinya mempertanyakan dukungan terhadap Israel dan semakin terkejut dengan perlakuan terhadap warga Palestina, dan tindakan IDF serta pemukim di Tepi Barat dan Gaza.

“Narasi yang digambarkan oleh media dan pemerintah Barat tampak sepihak dan mengabaikan fakta. Kekhawatiran saya adalah jika Israel tidak mengubah sikap dan kebijakan yang pada dasarnya tidak etis dan tidak manusiawi serta berhenti melakukan kejahatan perang, maka Israel akan membangun perlawanan yang lebih besar dari rakyat Palestina dan kehilangan simpati dan dukungan dari Barat.”

“Saya mendoakan masa depan Israel yang bahagia, aman dan sejahtera, namun Israel harus meninggalkan kebijakan-kebijakan yang menghancurkan prospek masa depan tersebut. Hal ini (tentu) tidak akan mencapai keamanan melalui penindasan dan penggunaan senjata secara agresif," tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya