Makin Buat Ketar-Ketir, Iran Kirimkan 400 Rudal Balistik ke Rusia
- Ahram Online
Iran – Republik Islam Iran dikabarkan telah mengirimkan Rusia sejumlah besar rudal balistik surface-to-surface yang kuat, kata enam sumber akurat, sehingga memperdalam kerja sama militer antara Vladimir Putin dan Ebrahim Raisi.
Iran menyediakan sekitar 400 rudal yang mencakup sebagian besar senjata balistik jarak pendek Fateh-110, seperti Zolfaghar, kata tiga sumber Iran. Rudal yang dapat bergerak di jalan raya ini mampu menyerang sasaran pada jarak antara 300 dan 700 kilometer, kata para ahli, melansir laporan The Independent, Jumat, 23 Februari 2024.
Kementerian Pertahanan Iran dan Garda Revolusi, kekuatan elit yang mengawasi program rudal balistik Iran, menolak berkomentar dan hingga kini Kementerian Pertahanan Rusia juga belum menanggapi permintaan komentar.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Ebrahim Raisi (kanan)
- Iranian Presidency Office via AP
Pengiriman tersebut dimulai pada awal Januari setelah kesepakatan diselesaikan dalam pertemuan akhir tahun lalu antara pejabat militer dan keamanan Iran dan Rusia yang berlangsung di Teheran dan Moskow, kata salah satu sumber Iran.
Seorang pejabat militer Iran, yang seperti sumber lainnya, meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitifnya informasi tersebut, mengatakan setidaknya ada empat pengiriman rudal dan akan lebih banyak lagi dalam beberapa minggu mendatang. Dia menolak memberikan rincian lebih lanjut.
Pejabat senior Iran lainnya mengatakan beberapa rudal dikirim ke Rusia dengan kapal melalui Laut Kaspia, sementara yang lain diangkut dengan pesawat. “Akan ada lebih banyak pengiriman,” kata pejabat Iran kedua. “Tidak ada alasan untuk menyembunyikannya. Kami diperbolehkan mengekspor senjata ke negara mana pun yang kami inginkan.”
Ilustrasi misil Iran
- Ahram Online
Sumber keempat, yang mengetahui masalah ini, mengonfirmasi bahwa Rusia baru-baru ini menerima sejumlah besar rudal dari Iran, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Washington telah melihat bukti kemajuan aktif dalam perundingan tetapi belum ada indikasi pengiriman telah dilakukan. Seperti diketahui, kedua negara tersebut memang mendapatkan sanksi dari AS, bersamaan dengan Korea Utara.
