Kisah Keluarga Rusia dengan 16 Anak

Keluarga di Rusia dengan 16 anak
Sumber :
  • Rbth
VIVAnews -
Dalam sebuah kongres medis yang digelar tanggal 22 Juni lalu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan negeri beruang merah itu akan merasakan dampak sosial dan ekonomi dari krisis demografi tahun 1990an silam. Krisis demografik yang dimaksud Putin adalah turunnya jumlah penduduk.


Laman
Russia Beyond the Headlines
, 18 Juli 2013, melansir krisis itu kini tidak lagi sepenuhnya dirasakan, karena tingkat kelahiran penduduk Rusia sudah mulai naik. Salah satu contoh nyata terjadi pada Keluarga Solovey yang hidup dengan memiliki keluarga besar, yaitu 16 anak.


Uniknya, kendati mempunyai keluarga besar, Keluarga Solovey, memilih untuk bermukim di sebuah desa terpencil bernama Berezki yang berlokasi 150 kilometer dari Ibu Kota Moskow. Di sana, seorang ibu bernama Marina Solovey, memilih bermukim dengan keluarga besarnya.


Ditemui di rumahnya, Marina mengenakan penutup kepala hitam untuk menutupi rambutnya yang sudah mulai beruban. Kendati sedang berduka karena sang suami, Igor Solovey, baru saja meninggal dua setengah bulan yang lalu, Marina tampak tegar.


Marina kemudian berkisah, alasan utama mereka memilih hidup menyepi di desa Berezki, karena tidak mudah bagi keluarga besar tinggal di kota besar.

"Dulu, dekat apartemen kami, ada jalan tol yang besar. Akibatnya anak-anak kami terpapar polusi udara. Selain itu para tetangga juga sering mengeluh soal polusi udara," ungkap Marina. 


Kehidupan yang dijalani Marina memang sebuah anomali. Pasalnya di saat sebagian besar kaum muda Rusia segan memiliki anak, dia yang saat itu masih berusia 34 tahun, sudah mempunyai 10 anak.


Kini, jumlah anak yang dia miliki ada 16 orang. Anak tertua, berusia 26 tahun dan diberi nama Anton. Sementara anak terkecil, baru berusia kurang dari setahun dan diberi nama Matvey. Namun, enam orang anak-anak Marina, kini memutuskan untuk tinggal di kota.


Marina dan keluarga memilih tinggal di Berezki atas keputusan mereka bersama. Keputusan itu kemudian disambut positif oleh pemerintah Rusia dengan memberikan mereka sebuah tanah untuk bermukim.


Sayang, lokasi tanah yang diberikan pemerintah jauh dari jalan raya dan jalur aliran kabel listrik. Alhasil, Igor yang merupakan seorang ahli di bidang elektronik, kemudian memutar otak dan berupaya membangun sistem tenaga listrik bagi keluarganya.


Dengan keahliannya itu, Igor semasa hidupnya berhasil menyediakan aliran listrik bagi beberapa peralatan elektronik seperti kulkas dan laptop. Kehidupan mereka di desa juga dibantu oleh seorang miliuner asal Rusia, German Sterligov, yang memilih mengikuti jejak mereka dengan tinggal di pedesaan.


Sterligov membantu keluarga Solovey membangun dua rumah kayu sebagai tempat tinggal. Selain itu, mereka juga disumbang seekor sapi. Dari situ, Marina kemudian belajar beternak dan memerah susu sapi. Hasilnya, sapi itu berhasil menghasilkan 15 liter susu tiap harinya.


Mandiri

Tinggal di desa, membuat anak-anak Marina menjadi mandiri dan lebih dewasa dari usia mereka yang seharusnya. Menurut Marina, setiap anak di keluarganya, sudah tahu bagaimana mengerjakan pekerjaan rumah tangga sejak berusia tujuh tahun.


Mereka bahkan sudah mampu saling berbagi untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. "Mereka semua sudah tahu bagaimana cara memasak makanan untuk 10 orang saat baru berusia tujuh tahun," kata Marina dengan bangga.


Terkait soal pendidikan, anak-anak Marina tidak lagi bersekolah di sekolah formal. Mereka semua belajar di rumah atau home schooling di bawah didikan Marina.


Bandara Samrat Ditutup Sementara Akibat Gunung Ruang Kembali Erupsi
Apabila ujian tiba, maka anak-anak Marina akan memperoleh bahan dan soal ujian dari internet. Seorang anak tertuanya kemudian membawa hasil ujian itu ke sekolah terdekat untuk diperiksa.

Cek Fakta: Pertandingan Timnas Indonesia vs Uzbekistan Diulang karena Wasit Curang

Marina mengatakan kendati anak-anaknya bersekolah dari rumah, namun dia tidak membatasi mereka mengecap bangku pendidikan.
Hujan Deras, 6 Kecamatan di Tangerang Terendam Banjir


"Saya tidak menghalangi kreativitas anak-anak. Sebaliknya, saya selalu berusaha untuk mengetahui apa bakat dan minat mereka. Apabila mereka berada di sekolah, maka bakat itu akan dibatasi," ungkapnya.

Hasilnya kini anak-anak Marina telah menjelma menjadi seorang juru masak, tata rambut, atau suster. Mereka tidak lantas bekerja di kota dan tetap berada di Berezki untuk bekerja di lahan pertanian dan memanen.

Kini, setelah sebagian besar anak-anaknya dewasa, Marina juga berharap kelak memiliki keluarga besar namun tetap menanamkan nilai-nilai tradisional. Usai ditinggal mati sang suami, anak-anaknya tidak terlalu khawatir secara finansial.


Selain karena mereka sudah mandiri, pemerintah Rusia juga memberikan biaya hidup bagi keluarga yang masih memiliki anak di bawah usia 18 tahun, senilai US$400 atau Rp4 juta tiap bulannya. Marina masih memiliki 10 anak yang dianggap belum dewasa, sehingga mendapat dana tanggungan senilai US$4000 atau Rp40 juta.


Artikel ini merupakan hasil kerjasama
VIVAnews
dengan
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya