Sumber :
- REUTERS/Brian Snyder
VIVAnews
- Inggris dikabarkan memiliki stasiun pemantau rahasia di Timur Tengah. Stasiun itu bertugas menyadap berbagai percakapan telepon, surel (email), dan lalu lintas Internet untuk kemudian dibagi ke sesama lembaga intelijen di AS.
Kabar itu pertama kali diungkapkan oleh harian Inggris,
The Independent
, edisi Jumat ini, ungkap kantor berita
Reuters
. Stasiun itu merupakan bagian dari proyek penyadapan global berbiaya 1 miliar pound sterling (sekitar Rp16,8 triliun) yang dijalankan pemerintah Inggris untuk menyadap komunikasi digital, demikian laporan surat kabar tersebut.
Laporan Independent itu bersumber dari sejumlah dokumen rahasia yang dibocorkan mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Edward Snowden. Dia sejak Juni lalu menjadi buronan AS atas kasus spionase dan pencurian data pemerintah dan kini tinggal di Rusia setelah mendapat suaka politik dari pemerintah setempat.
Data yang dihimpun stasiun itu, yang letaknya tidak diungkapkan Independent, kemudian dikirim ke lembaga intelijen Inggris spesialis penyadapan komunikasi GCHQ di Kota Cheltenham. Informasi-informasi itu kemudian dibagi ke lembaga kolega di Amerika, NSA.
Badan-badan intelijen negara-negara Barat diketahui intensif meningkatkan operasi pemantauan mereka atas komunikasi di Timur Tengah setelah serangan teror yang menghantam AS pada 11 September 2001.
Stasiun pemantau Inggris di Timur Tengah dibentuk saat Menteri Luar Negerinya dijabat David Miliband selama 2007-2010. Kementerian Luar Negeri Inggris menolak memastikan kabar bocoran itu, sedangkan juru bicara GCHQ tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai konfirmasi. (umi)
Halaman Selanjutnya
Data yang dihimpun stasiun itu, yang letaknya tidak diungkapkan Independent, kemudian dikirim ke lembaga intelijen Inggris spesialis penyadapan komunikasi GCHQ di Kota Cheltenham. Informasi-informasi itu kemudian dibagi ke lembaga kolega di Amerika, NSA.