ISIS Eksekusi Pekerja Kemanusiaan Asal Amerika Serikat

Peter Kassig atau Abdul-Rahman Kassig
Sumber :
  • REUTERS/Omar Ibrahim
VIVAnews - Sebuah video yang menunjukkan eksekusi terhadap pekerja kemanusiaan asal Amerika Serikat, Peter Kassig, diunggah ke dunia maya pada Minggu, 16 November 2014. Pria berusia 26 tahun asal Indiana itu tewas dipenggal oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS). 

Harian Inggris, The Guardian, pada hari ini melansir, Kassig diculik oleh ISIS pada bulan Oktober 2013 lalu. Saat itu, dia tengah dalam perjalanan dari kota Deir Ezzour di bagian timur Suriah sebagai bagian dari tugasnya di bidang kemanusiaan. Namun, video tersebut belum diverifikasi kebenarannya. 

Selama diculik, Kassig menjadi mualaf dan diberi nama Abdul-Rahman Kassig. Tidak ada media yang mengetahui dia menjadi korban penculikan ISIS, hingga tiba-tiba dia muncul dalam video eksekusi pekerja kemanusiaan asal Inggris, . Kassig menjadi warga ke-3 asal AS yang diekskusi ISIS.

Kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu mengancam Inggris, jika mereka tidak menghentikan serangan udara, maka Kassig akan menjadi korban eksekusi selanjutnya. Ini menjadi video eksekusi keenam yang dipublikasikan oleh ISIS. 

Sebelum menjadi pekerja kemanusiaan, Kassig tercatat pernah menjadi anggota militer Negeri Paman Sam di tahun 2004. Dia juga pernah menjadi bagian pasukan khusus. 

Kassig ditugaskan ke Irak di tahun 2007. Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Time, dia mengaku pernah ke Beirut, Lebanon di tahun 2012 lalu. 

"Saya tertarik untuk mengetahui krisis Suriah secara langsung dan apa yang dapat saya bantu untuk meningkatkan kesadaran mengenai krisis itu di antara sesama rekan saya di AS," ungkap Kassig kepada Majalah Time

Dia juga menyebut, tengah mempelajari Bahasa Arab pemula di sana. Karier militer Kassig berakhir, ketika dia diberhentikan secara hormat, dengan alasan medis. 

Dia kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Butler, Indianapolis dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Di sana, Kassig mempelajari ilmu politik. 

Kunjungan ke Lebanon itu rupanya sangat membekas bagi Kassig. Dia menjelaskan saat itu,dia membantu para pengungsi Palestina di sebuah kamp yang terletak di selatan Beirut. Dia juga pernah bertugas di sebuah rumah sakit di Tripoli untuk membantu memulihkan rasa trauma kepada pengungsi Suriah yang terluka dalam peperangan di sana. 

Di tahun 2012 lalu, Kassig mendirikan organisasi bernama Bantuan dan Respons Darurat Khusus (Sera). Itu merupakan organisasi yang membantu para pengungsi dan mereka yang tergusur. Organisasi yang dibentuk Kassig itu lebih banyak berfokus kepada pelatihan medis dan membantu pengiriman pasokan peralatan medis kepada anak-anak serta warga sipil di kamp pengungsi. 

Pesan Twitter

Begitu mengetahui putranya diculik, Ibu Peter yang juga menjadi mualaf, Paula Kassig mengirimkan pesan melalui media sosial dalam Bahasa Inggris dan Arab pada akhir Oktober lalu. Di dalamnya tertulis: "Kami telah mencoba menghubungi Anda secara langsung untuk memohon ampun bagi nyawa putra kami, Abdul Rahman Kassif dan tidak menerima respons apa pun. Tolong, informasikan kepada kami, apa yang bisa kami bantu sehingga Abdul Rahman bisa tetap melayani dan menjalani hidup sesuai ajaran Islam". 

Bahkan, permohonan agar Kassig tetap hidup juga disampaikan oleh salah satu anggota kelompok Front Al Nusra, Abu Omar Aqidi. Dia meminta agar Kassig tetap dibiarkan hidup, karena pemuda itu merupakan bagian dari tim medis yang pernah membantu menyembuhkan lukanya usai berperang.

Baca juga:




Geger TikTokers Bima Yudha Ditawari Jadi Buzzer Bea Cukai, Responsnya Dinilai Berkelas

Vivo V30e.

Harga Banyu Biru Dibuka dari Rp4,7 Juta

HP Vivo V30e terdiri dari dua varian warna, yaitu Giri Merah dan Banyu Biru. Smartphone ini resmi meluncur di Indonesia sebagai pelengkap lini produk seri Vivo V30.

img_title
VIVA.co.id
3 Mei 2024