Insiden Kecelakaan, Bos TransAsia Membungkuk Minta Maaf

Chief Executive TransAsia Peter Chen
Sumber :
  • REUTERS/Stringer

VIVA.co.id - Chief Executive maskapai Taiwan, TransAsia, Peter Chen mengucapkan rasa duka dan permintaan maaf kepada keluarga penumpang dan kru yang menjadi korban dalam kecelakan burung besi jenis ATR pada Rabu siang kemarin. Dalam konferensi pers yang disiarkan di televisi, Chen tampak membungkukkan badannya saat meminta maaf.

Jadwal TransAsia Dibatalkan Karena Pilot Harus Latihan Lagi

Dalam tragedi tersebut, sebanyak 31 penumpang dilaporkan tewas, sementara 12 orang lainnya dilaporkan masih terjebak di dalam pesawat.

Harian Inggris, The Guardian, Kamis, 5 Februari 2015 melansir di antara para penumpang, terdapat 31 warga Tiongkok yang tengah melakukan tur dengan menggunakan dua biro perjalanan yaitu Teyung Group dan Flying Tours.

"Hingga saat ini, kami masih terus menuju ke lokasi jatuhnya pesawat dan memeriksa daftar manifes penumpang dengan maskapai TransAsia," ungkap Manajer Biro Perjalanan Teyung, Lin Liqing.

Sementara, menurut manajer biro perjalanan Flying Tours, 15 turis asal Tiongkok yang berada di dalam pesawat, hanya 1 orang saja yang mengalami luka. Penumpang yang terluka itu diketahui masih berusia balita. Dia tidak memiliki informasi mengenai sisa 14 penumpang lainnya.

Sementara, stasiun televisi Taiwan, TBS, menunjukkan petugas SAR berhasil mengevakuasi seorang balita dalam keadaan hidup dari puing-puing pesawat.

Ini merupakan kecelakaan kedua yang dialami oleh maskapai tersebut dalam kurun waktu enam bulan. Pada Juli 2014, penerbangan TransAsia ATR 72 jatuh ketika mencoba untuk mendarat di Pulau Penghu setelah dilanda badai topan. Akibatnya sebanyak 48 orang tewas. Penyebab jatuhnya pesawat, masih terus diselidiki.

Perwakilan Otoritas Penerbangan Sipil Taiwan, Lin Zhiminh, menyebut kotak hitam pesawat telah ditemukan.

"Cuaca saat pesawat terbang dalam keadaan baik dan pilot yang menerbangkan pesawat memiliki 14 ribu jam terbang. Sementara ko-pilot telah mengantongi 4 ribu jam terbang," ujar Lin.

Sementara, menurut laporan kantor berita CNA, Administrasi Aeronautik Sipil Taiwan, telah memerintahkan agar maskapai lokal tidak menerbangan semua armada jenis ATR72 mereka. Alasannya, otoritas setempat ingin melakukan inspeksi karena adanya kekhawatiran mengenai mesin, pengendalian bahan bakar dan sistem pasokan.

Otoritas tersebut mengatakan TransAsia harus memeriksa enam ATR 72-500 dan 4 ATR 72-600. Sementara, maskapai lainnya, Uni Air, harus memeriksa 12 ATR jenis 72-600.

Baca juga:




Tertabrak Sayap TransAsia, Sopir Taksi Selamat

Pilot TransAsia Salah Matikan Mesin Jadi Penyebab Kecelakaan

Kapten pilot sudah gagal dalam pelatihan simulator.

img_title
VIVA.co.id
2 Juli 2015