Sumber :
VIVA.co.id
- Populasi yang mulai menua, telah membuat Beijing memikirkan kembali kebijakan satu anak, kontrol kelahiran yang telah berjalan selama 35 tahun, melarang keluarga-keluarga memiliki anak lebih dari satu.
Dikutip dari
Guardian
, Kamis, 23 Juli 2015, regulasi itu telah menyebabkan jutaan kasus aborsi, yang belakangan disadari juga menciptakan demograsi "bom waktu" ketika hanya ada orang lanjut usia yang tidak produktif di China.
Seorang sumber pemerintah China mengatakan, regulasi baru yang mengatur pasangan di negara itu boleh memiliki dua anak, dapat diimplementasikan secepatnya pada akhir 2015.
Tapi Beijing yang memperkenalkan kebijakan satu anak pada 1980, dengan cepat membantah kabar tentang waktu pemberlakuan, rencana penerapan regulasi baru kebijakan dua anak.
"TIdak ada waktu yang sudah ditetapkan, untuk memungkinkan pasangan di negara ini memiliki anak kedua," kata pejabat Komisi Kesehatan Nasional dan Keluarga Berencana.
Lu Jiehua, seorang profesor demografi dari Universitas Peking, mengatakan perubahan baru dimungkinkan terjadi pada 2016. "Semua kebijakan, regulasi, formalitas perlu mendapat dukung dan itu butuh waktu."
Sejak 2013, keluarga di beberapa wilayah telah dibolehkan memiliki anak kedua. Media menyebut kebijakan itu telah berhasil menambah angka kelahiran, menjadi 470.000 pada 2014.
Namun para pakar mengatakan, tingkat fertilitas tidak meningkat dengan cepat, lantaran kondisi keuangan banyak pasangan urban, yang membuat mereka tidak berpikir untuk memiliki anak kedua.
Situasi telah berubah. Tiga dekade lalu pembatasan kelahiran dilakukan dengan kontrol dari pemerintah, namun saat ekonomi berkembang, pasangan menahan kelahiran dengan keinginan mereka.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Namun para pakar mengatakan, tingkat fertilitas tidak meningkat dengan cepat, lantaran kondisi keuangan banyak pasangan urban, yang membuat mereka tidak berpikir untuk memiliki anak kedua.