Penasihat Utama Minta Trump Prioritaskan Turki

Fethullah Gulen, ulama Turki yang kini berdiam di Amerika Serikat.
Sumber :
  • REUTERS/Selahattin Sevi/Zaman Daily via Cihan News Agency

VIVA.co.id – Penasihat utama presiden terpilih Donald Trump mengatakan bahwa Turki harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Hal tersebut ia sampaikan dalam sebuah artikel yang menyinggung kebijakan Barack Obama yang dirasa gagal dalam memahami posisi geopolitik Ankara, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Kamis, 11 November 2016.

Demi Lolos Tes Narkoba, Wanita di AS Kirim Urine Anjing Peliharaan

"Kami harus mulai memahami bahwa Turki sangat penting untuk kepentingan Amerika," ujar Michael Flynn, seorang pensiunan jenderal yang menulis di koran Hill pada Rabu, 9 November 2016. Dia juga menyebut Turki sebagai "sumber stabilitas di kawasan itu."

Flynn adalah penasihat keamanan nasional kepercayaan Trump selama kampanye presiden dan banyak yang mengharapkan Flynn diangkat ke posisi kabinet sebagai menteri Pertahanan.

Gara-gara Foto Pangkalan Angkatan Laut AS, Pria Tiongkok Ditahan

Veteran umum ini menuliskan hal tersebut sebagai "kebijakan yang tidak bijaksana" selama pemerintahan Obama demi menjaga Ankara. "Kami perlu menyesuaikan kebijakan luar negeri agar mengenali Turki sebagai prioritas. Kami perlu melihat dunia dari perspektif Turki," katanya.

Ia menganggap keberadaan Fetullah Gulen di Amerika sebagai salah satu kunci utama pertentangan antara Washington dan Ankara. Oleh sebab itu, Flynn menyarankan agar Amerika Serikat mau menyerahkan Gulen ke Turki.

Pria Berjanggut Merampok Bank, Sebar Uang, dan Teriak 'Selamat Natal'

Ankara telah meminta Washington agar mengekstradisi Gulen, mengingat perannya dalam membangun quasi state ketika memimpin Turki dalam kudeta berdarah pada 15 Juli.

"Apa yang akan kami lakukan jika setelah 11 September, mendengar kabar bahwa Osama bin Laden tinggal di sebuah vila yang bagus di sebuah resor Turki sembari menjalankan 160 charter school yang sumber dananya berasal dari pembayaran pajak warga Turki?" tanya Flynn.

Mantan ketua Badan Intelijen Pertahanan ini menyatakan, meskipun Gulen diketahui sebagai seorang sarjana Islam yang moderat, ia adalah kaum radikal yang secara terbuka membanggakan “tentaranya” yang menanti perintah untuk melakukan apa pun yang diarahkan langsung ke mereka.

Flynn membandingkan Gulen dengan Ayatollah Khomeini, pemimpin revolusi Iran, dan mendesak pemerintah Amerika Serikat agar tidak mengulangi kesalahan dengan mendukung Gulen untuk melakukan hal serupa seperti yang dilakukan Khomeini.

"Sikap cuek Washington pada topik besar ini menjadi perbincangan serius ketika kami mendengar klaim yang meyakini bahwa presiden terpilih secara demokratis melakukan kudeta militer kepada Turki, mengebom parlemen sendiri, dan merusak perekonomian Turki yang kuat, hanya agar dia bisa membersihkan lawan-lawan politiknya," Flynn menambahkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya