Cerita Ratu Keraton Agung Sejagat Rancang Baju Kebesaran Sang Raja

Toto Santoso, pria yang mengklaim sebagai Raja Keraton Agung Sejagat.
Sumber :
  • Twitter @aritsantoso

VIVA – Nasib dua orang yang mengaku sebagai raja dan ratu/permaisuri Keraton Agung Sejagat, Toto Santoso dan Fanni Aminadia, tragis. Mereka takluk kepada polisi. Padahal sebelumnya mereka memproklamasikan berdirinya kerajaan Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Viral Wanita Ini Ngaku Ditipu Elon Musk, Uang Rp800 Miliar Melayang

Toto bertindak sebagai raja dengan sebutan sinuwun, sementara Fanni dipanggil Kanjeng Ratu Dyah Gitarja. Keduanya bukan pasangan namun, namun mereka menjadi suami-istri dalam kerajaan yang mereka bangun.

Selain itu, agar dipercaya untuk menguatkan ciri khas seorang raja dan ratu, mereka mendesain sendiri kostum kebangsawaannya. Terlihat dalam foto bingkai yang disita oleh Polda Jawa Tengah sebagai barang bukti, keduanya mengenakan kostum berwarna hitam lengkap dengan hiasan pangkat di kedua sisi pundaknya, juga aksesoris yang mencirikan ia sebagai seorang raja. 

27 Korban Penipuan Investasi Rp52 Miliar Geruduk Rumah Orang Tua Pelaku di Tasikmalaya

Begitu pula dengan sang Kanjeng Ratu yang memakai kebaya berwarna hitam dan rambutnya disanggul. Atribut kerajaan mereka bernuansa emas, merah, dan putih.

"Fanni (permaisuri) sendiri yang merancang. Ini menurut keterangan sang raja. Itu permaisuri yang rancang seragam," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah Kombes Iskandar Fitriana Sutisna di kantornya, Semarang, Rabu, 15 Januari 2020.

Waspada Penipuan Kerja Paruh Waktu yang Marak di Shopee

Sedangkan sang raja, mendesain bangunan yang didekorasi layaknya keraton. Keraton ditandai dengan bangunan semacam pendapa yang belum selesai dibangun. Di sebelah utara pendapa, ada sebuah sendang (kolam) yang disakralkan.

"Di sana juga terpancang sebuah prasasti dari batu bertuliskan huruf Jawa. Pada bagian kiri prasasti ada tanda dua telapak kaki, dan di bagian kanan ada semacam simbol. Prasasti ini disebut dengan Prasasti I Bumi Mataram," kata Sutisna.

Iming-iming beragam desain bangunan dan atribut keraton itu rupanya menarik ratusan orang yang bersedia menjadi pengikut. Mereka dijanjikan kehidupan yang baik dengan syarat syarat tertentu. Berdasarkan data kepolisian, kerajaan palsu itu memiliki pengikut lebih dari 400 orang.

Pengikutnya berasal dari luar Purworejo, bahkan hingga ke Sumatera. Metode perekrutan anggotanya pun dengan cara iming-iming jabatan dan gaji tetap yang tinggi.

"Ada yang dijadikan penasihat atau resi, ada yang dijanjikan menjadi gubernur dan bupati. Ada yang juga yang sudah mengabdi di sana. Mereka menjanjikan kehidupan bagi pengikutnya," kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Polisi Rycko Amelza Dahniel di tempat yang sama.

Berdasarkan keterangan pelaku, pengikut yang ingin mendapatkan kehidupan harus membayar iuran. Namun, sebaliknya, yang tidak patuh dan tunduk akan diberi status atau cap sebagai teroris, pembangkang, dan akan tertimpa celaka selama hidupnya.

Kini Toto bersama ratunya, Fanni, harus mendekam di tahanan Markas Polda Jawa Tengah. Keduanya disangkakan pasal tentang penipuan dan membuat keonaran terhadap masyarakat dengan ancaman pidana penjara selama sepuluh tahun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya