Disentil Mendagri Pakai Masker N95, Wali Kota Depok Mengaku 'Parno'

Wali Kota Depok, Mohammad Idris
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Wali Kota Depok, Mohammad Idris akhirnya buka suara usai disentil Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, terkait penggunaan masker N95, yang seharusnya digunakan untuk tim medis. Pada awak media, Idris mengaku sengaja memakai masker tersebut lantaran “parno”.  

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

“Makanya kemarin saya klarifikasi tentang wali kota dikritik pak menteri menggunakan masker N95. Itu (masker N95) saya gunakan sejak mendengar banyak kepala daerah yang terkena positif (COVID-19), saya parno,” katanya dikutip pada Selasa 18 Agustus 2020

Terlebih, jelas Idris, dirinya banyak berinteraksi dengan masyarakat, banyak berkumpul dengan orang lain termasuk media.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

“Saya kan enggak tahu di antara kamu (wartawan) ada yang positif atau enggak. Makanya saya pakai masker N95 yang relatif namanya ikhtiar kan,” tuturnya.

Jika penggunaan masker N95 memang dilarang, Idris mengaku tidak akan memakainya.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

“Kalau ini (menggunakan masker N95) sebagai kesalahan negara akan saya buang nanti, saya mampu membeli sendiri.”

Idris menyebut, jika memang dalam aturannya masker N95 ini dikhususkan untuk tenaga medis, maka sebaiknya dikeluarkan landasan hukum atau aturan yang jelas. “Keluarkan aturannya tidak boleh menggunakan masker N95 kecuali dokter yang menangani pasien positif, kan ini enggak ada aturannya. Intinya kita jaga diri,” kata dia. 

Baca juga: 5 Koruptor di LP Sukamiskin Dapat Remisi HUT RI ke-75

Seperti diketahui, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegur Wali Kota Depok Mohammad Idris yang mengenakan masker N95 ketika hadir dalam acara Gerakan Dua Juta Masker di kantor Kecamatan Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis 13 Agustus 2020.

Kepada Idris, Tito mengatakan bahwa masker N95 semestinya diperuntukkan bagi tenaga medis karena jumlahnya yang terbatas.

“Masker ini macam-macam, masker yang dipakai Pak Wali itu N95. Fine itu, terbaik. Tapi saran dari beberapa ahli, karena terbatas, sebaiknya digunakan tenaga medis yang berhadapan dengan yang [pasien] positif,” ujarnya.

Jenis masker yang kedua adalah masker bedah. Masker ini mampu menahan 40 hingga 50 persen partikel yang masuk, tetapi kelemahannya tak bisa dicuci.

Sedangkan masker yang paling banyak digunakan, yaitu masker kain. Masker jenis ini dinilai masih efektif untuk mencegah penularan virus, sekaligus dapat dicuci dan digunakan kembali. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya