- VIVA.co.id/ Willibrodus
VIVA Metro – Korban tewas musibah kebakaran yang terjadi di Jatinegara, Jakarta Timur, diketahui seorang anak yang masih berusia 10 tahun. Korban anak perempuan berinisial T yang ditinggal ibunya pada saat kejadian kebakaran itu terjadi.
"Terdapat korban satu jiwa atas nama T. Diketahui bahwa anak tersebut difabel dan ditinggal oleh ibunya di dalam kamar. Ibu Dania sedang tidak berada di rumah," ucap Kepala Seksi Operasional Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, Gatot Sulaiman kepada wartawan, Jumat 2 Juni 2023.
Ilustrasi mayat
- U-Report
Luas area yang terbakar kurang lebih 250 meter/persegi. Adapun buntut kejadian ini kerugian diperkirakan mencapai kurang lebih 700 juta. Penyebab kebakaran diduga karena kebocoran tabung gas.
"Api berasal dari kebocoran tabung gas dari salah rumah kontrakan pemilik Bu Dania, lalu terlihat api yang membesar dari bagian kamar dan api merambat ke rumah lainnya," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, total ada 12 unit mobil pemadam yang dikerahkan. Kemudian, ada 60 personel yang diterjunkan. Pihaknya sempat kewalahan karena akses sempit. "Tota terselamatkan 12 KK (kepala keluarga) 42 jiwa," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, si jago merah mengamuk di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, pagi ini, hingga membuat seorang warga tewas. Hal itu dibenarkan Kepala Seksi Operasional Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, Gatot Sulaiman.
"Satu korban meninggal dunia," ucap dia kepada wartawan, Jumat 2 Juni 2023.
Ilustrasi tim pemadan jinakkan kebakaran.
- VIVA/Dani (Bekasi)
Adapun peristiwa ini tepatnya terjadi di Jalan Sawadaya 4, RT 04/05, Jatinegara, Cakung, Jaktim, sekira pukul 04.28 WIB. Pasca dapat laporan, Gatot mengaku pihaknya langsung menuju lokasi guna melakukan pemadaman. Sebanyak 12 unit mobil pemadam dengan 60 personel dikerahkan guna menjinakan api di sana. Setelah kurang lebih satu jam, api berhasil dipadamkan.
Menkes Ungkap Alasan Tingkat Stunting Indonesia Baru Turun 0,1 Persen
Menteri Kesehatan mengungkapkan alasan di balik angka prevalensi stunting di Indonesia baru turun 0,1 persen, dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 21,5 persen pada 2023.
