Nama Halte Diubah Tanpa Koordinasi, Ketua DPRD DKI Bakal Panggil PT Transjakarta

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Prasetyo Edi Marsudi.
Sumber :
  • VIVA/Riyan Rizky

Jakarta – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi berencana memanggil jajaran direksi PT. Transjakarta. Pemanggilan itu terkait pergantian nama halte Transjakarra. Sebab banyak dikeluhkan para pengguna layanan transportasi tersebut.

Selamat! Laura Theux dan Indra Brotolaras Dikaruniai Anak Pertama

“Ya, itu enggak ada komunikasi dengan DPRD. Nanti saya panggil untuk klarifikasi,” ujar Prasetyo di gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024.

Pria yang akrab disapa Pras itu juga meminta PT. Transjakarta berkoordinasi terlebih dahulu dengan DPRD bila ingin mengubah nama halte. Apalagi perubahan nama halte itu mempengaruhi aktivitas masyarakat pengguna.

Heru Budi Kunker ke Jepang, Harap Proyek MRT East-West Groundbreaking Agustus

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi

Photo :
  • DPRD DKI Jakarta

Selama ini, kata dia, pengguna bus TransJakarta sudah familiar dengan nama halte yang lama sebagai patokan untuk naik dan turun dari kendaraan. “Ya harusnya disosialisasikan, ngobrol sama dewan, tupoksinya Komisi B. Ajak berunding, nanti Komisi B lapor ke ketua dewan untuk  memutuskan apakah layak atau tidak,” ujarnya.

Bus Hino RM 280 ABS Jadi Andalan di Kalimantan Tengah

Sebelumnya diberitakan, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) melakukan penyesuaian di beberapa nama halte. Hal tersebut dilakukan pihak Transjakarta untuk menetralisasi nama halte. Beberapa nama halte yang memiliki unsur angka 1, 2 dan 3 turut berubah. 

"Penyesuaian beberapa nama halte ini dilakukan untuk menetralisasi nama halte," tulis akun  @PT_TransJakarta di media sosial X pada Jumat, 12 Januari 2024.

Berikut penyesuaian nama halte dari koridor 1 hingga 6: 

Koridor 1 

- Karet Sudirman menjadi Karet 
- Dukuh Atas 1 menjadi Dukuh Atas
- Bank Indonesia menjadi Kebon Sirih
- Monas menjadi Monumen Nasional
- Olimo menjadi Taman Sari
- Kali Besar Barat menjadi Kali Besar
- Museum Fatahillah menjadi Museum Sejarah Jakarta

Koridor 2

- Pulogadung 1 menjadi Pulo Gadung
- ASMI menjadi Perintis Kemerdekaan
- Cempaka Timur menjadi Cempaka Mas
- RS Islam menjadi Sumur Batu
- Cempaka Tengah menjadi Cempaka Baru
- Ps. Cempaka Putih menjadi Pasar Cempaka Putih
- Senen menjadi Pasar Senen
- Atrium menjadi Senen Raya
- Deplu menjadi Pejambon
- Gambir 1 menjadi Gambir
- Monas menjadi Monumen Nasional

Koridor 3

- Dispenda Samsat Barat menjadi Pulo Nangka
- Indosiar menjadi Damai
- Grogol 1 menjadi Grogol
- RS Sumber Waras menjadi Roxy
- Monas menjadi Monumen Nasional

Koridor 4

- Pulogadung 2 menjadi Pulo Gadung
- Ps. Pulogadung menjadi Pasar Pulo Gadung
- TU Gas menjadi Pemuda Merdeka
- Sunan Giri menjadi Kayu Jati
- UNJ menjadi Rawamangun
- Pramuka BPKP menjadi Simpang Pramuka
- Pramuka LIA menjadi Pramuka Sari
- Matraman 2 menjadi Flyover Pramuka
- Dukuh Atas 2 menjadi Galunggung

Koridor 5

- Gunung Sahari Mangga Dua menjadi Gunung Sahari
- Budi Utomo menjadi Lapangan Banteng
- Salemba UI menjadi Salemba
- Salemba Carolus menjadi Paseban
- Matraman 1 menjadi Matraman
- Slamet Riyadi menjadi Kesatrian
- Pasar Jatinegara menjadi Bali Mester
- Jatinegara RS Premier menjadi Jatinegara

Koridor 6

- Departemen Pertanian menjadi Simpang Ragunan
- SMKN 57 menjadi Jati Barat
- Imigrasi menjadi Warung Buncit
- Kuningan Timur menjadi Underpass Kuningan
-  Departemen Kesehatan menjadi Kuningan
- GOR Soemantri menjadi Rasuna Said
- Setiabudi Utara menjadi Setiabudi
- Latuharhary menajdi Flyover Kuningan
- Dukuh Atas 2 menjadi Galunggung.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya