Cagub Jagoan PDIP Trauma Insiden Kaus #2019GantiPresiden

Pasangan calon gubernur dan wagub Jawa Barat nomor urut dua TB Hasanuddin (kiri)-Anton Charliyan (kanan)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

VIVA – Calon gubernur Jawa Barat, Tubagus Hasanuddin, meminta Komisi Pemilihan Umum meninjau ulang rencana pelaksanaan debat putaran ketiga Pemilihan Gubernur Jawa Barat pada 22 Juni 2018.

Survei di Atas 50 Persen, Elite Golkar Dorong Ridwan Kamil Maju Pilgub Jabar Ketimbang Jakarta

Hasanuddin merasa trauma dengan kericuhan dalam debat putaran kedua pada 14 Mei lalu, gara-gara insiden kaus #2019GantiPresiden oleh pasangan calon Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Dia sebenarnya siap saja mengikuti debat, tetapi harus dipastikan lagi peristiwa serupa tak terulang.

"Mungkin harus dipertimbangkan ulang itu: apa manfaat. Aman (atau) tidak soal debat ketiga itu," kata Hasanuddin kepada wartawan di Kota Bandung pada Senin, 4 Juni 2018.

'Akan Istikharah', Kode Keras Iwan Bule Siap Maju di Pilkada Jabar

Pensiunan mayor jenderal TNI itu berterus terang merasa waswas dengan keamanan dan ketertiban penyelenggaraan debat kalau tak ada jaminan peristiwa tidak terjadi lagi. "Saya begini takut saja ada hal-hal yang tidak dikehendaki dari pihak semua, rakyat pun begitu. Saya membaca di medsos begitu; panas," tuturnya.

Namun, dia memasrahkan saja urusan teknis pengamanan itu kepada aparat kepolisian. Kalau memang sedari awal sudah diantisipasi, kemungkinan besar semua berjalan aman dan tertib.

Ridwan Kamil Teratas, Airin-Desy Ratnasari Kejutan di Pilkada Jabar

Mekanisme debat

Dia memberikan catatan kepada penyelenggara debat agar mekanisme diskusinya dievaluasi. Soalnya dalam debat pertama dan kedua, waktu pemaparan debat hanya satu menit, sehingga tak memadai untuk menguraikan visi dan misi sekaligus program.

Hasanuddin memberikan contoh betapa waktu sesingkat itu tak cukup bahkan untuk sekadar satu topik. Misal, dalam topik lingkungan hidup dengan spesifikasi bahasan soal ekosistem Sungai Citarum.

Masalah sungai sepanjang 290 kilometer itu saja tak akan cukup diuraikan dalam waktu satu menit, apalagi kalau mesti dicampur dengan beragam topik lain.

Keterbatasan waktu itu, kata Hasanuddin, juga menutup kesempatan untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan baru untuk program pembangunan Jawa Barat. Masyarakat pun tak dapat memahami dengan utuh visi seorang calon pemimpin.

"Ya, mungkin lima menitlah minimal untuk satu item, supaya orang dipahami. Kalau mau berbicara substansi kan harus jelas, satu menit enggak cukup," ujarnya.

Nyaris adu jotos

Debat putaran kedua calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat di kampus Universitas Indonesia di Depok pada 14 Mei lalu diwarnai kericuhan. Bahkan nyaris terjadi adu jotos gara-gara pernyataan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu.

Awalnya, Sudrajat menyatakan bahwa kampanye #2019GantiPresiden menjadi kenyataan kalau dia dan Syaikhu terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat. Syaikhu segera menyambutnya dengan mengeluarkan dan memperlihatkan kaus bertuliskan #2019GantiPresiden.

Aksi itu diprotes oleh pasangan Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan yang kemudian berakibat rangkaian debat terganggu. Pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi bahkan sampai terkendala untuk menyampaikan pernyataan penutup dalam debat itu.

Simpatisan Hasanuddin-Anton mulai ribut dengan simpatisan pasangan lain. Situasi itu sempat membuat sejumlah polisi kewalahan. Namun, setelah mendengar arahan Hasanuddin, massa pendukung dan simpatisan PDIP pun akhirnya membubarkan diri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya