Awas, Bahaya Kemas Daging Kurban Pakai Plastik Kresek

Pembagian daging kurban.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan

VIVA – Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat, ketika mengemas daging kurban dan akan diberikan kepada yang berhak menggunakan plastik kresek. Padahal, plastik kresek rentan terkontaminasi oleh bakteri.

10 Gejala Antraks pada Manusia yang Memakan Korban di Gunungkidul

Karena itu, agar kualitas daging tetap bagus dan awet, dapat dipilih beberapa alternatif pengemasan. Seperti menggunakan plastik PA/PE berperekat (sealed plastic bag).

“Kantong plastik berperekat, merupakan pilihan yang aman, praktis, terjangkau, dan terlihat lebih menarik. Dengan perekat, daging dapat terhindar dari kontak langsung dengan sinar matahari, debu, dan risiko tumpah pada waktu distribusi. Plastik PA/PE dan mesin sealer juga mudah didapatkan di pasaran,” ujar Pakar Food Packaging Fakultas Peternakan UGM, Dr. Ir.Endy Triyannanto, S.Pt., M.Eng, IPM, Selasa 21 Agustus 2018.

Bukan Muslim, Ini Alasan Bertrand Antolin Tetap Terlibat dalam Berkurban

Menurutnya, selain dengan menggunakan kemasan platik PA/PE, maka dalam kemasan daging akan lebih baik jika diberi label. Seperti stiker label pada kemasan yang terlihat sederhana, tetapi penting. Dalam label dapat dicantumkan nama masjid penyalur daging kurban, jenis daging, berat daging, dan saran penyimpanan.

“Informasi ini akan sangat membantu masyarakat, meningkatkan fungsi kemasan, serta membantu memberikan informasi produk dalam kemasan” ujar dosen lulusan Gangneung-Wonju National University ini.

Viral Daging Kurban Dimasak Jadi Steak, Alhasil Alot: Kaya Sendal Jepit

Endy menekankan, agar plastik hasil daur ulang dihindari. Apalagi, tidak tertera simbol daur ulang berbentuk segitiga dengan kode angka 1—7. Sebaiknya dihindari, karena sulit diketahui jenis dan asal produk. Kandungan berbahaya dalam plastik hasil daur ulang dapat berpindah ke dalam makanan yang terkena panas dengan lama waktu dan temperatur tertentu.

“Terutama, makanan yang mengandung lemak. Plastik daur ulang tidak selalu berwarna hitam, tergantung dari pewarna yang digunakan,” katanya.

Endy menjelaskan, angka 1 (PET) berarti Polyethylene Terephthalate, angka 2 (HDPE) berarti High-density Polyethylene, angka 3 (PVC) berarti Polyvinyl Chloride, angka 4 (LDPE) berarti Low Density Polyethylene, angka 5 (PP) berarti Polypropylene, angka 6 (PS) berarti Polystyrene, dan angka 7 (Other) berarti plastik kombinasi atau dari bahan plastik lain.

“Untuk produk makanan atau minuman umumnya digunakan jenis PET atau PP” ujar Endy.

Alternatif lain selain plastik berperekat, Endy mengungkapkan bahwa terdapat dua alternatif lain pengemasan daging yang juga baik untuk digunakan. Pertama, dapat menggunakan kemasan vakum. Dengan pengemasan seperti ini, kadar oksigen dapat dikurangi sehingga otomatis proses oksidasi berkurang.

Proses ini efektif untuk mengurangi ketengikan daging,” kata Endy.

Kemasan vakum merupakan pilihan yang mudah dan terjangkau. Kantong plastik vakum berbahan baku PA/PE, 2 lapis dengan bahan Polyamide/ polyethylene dan mesin vakum sekarang juga mudah di dapatkan di pasaran dengan harga terjangkau.

“Pilihan kedua, di era industri yang sangat potensial untuk digunakan ialah retort pouch, yaitu pengemasan dengan proses sterilisasi menggunakan plastik multi layer,” ujar Endy.

Proses sterilisasi mikrobakteri hingga 121 derajat celcius dapat mengawetkan daging olahan selama lebih dari 1 tahun pada suhu ruangan.

Endy mengungkapkan, pengemasan ini belum banyak berkembang di Indonesia. Namun, ia yakin teknik pengemasan ini berprospek bagus di Indonesia yang rawan bencana alam.

“Teknik ini sangat sesuai digunakan untuk mengemas daging olahan yang akan disalurkan ke daerah bencana. Transportasi bahan bernutrien tinggi sulit, sehingga retort pouch dapat menjadi solusi yang tepat,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya