Ingat, Wartawan dan Peneliti Harus Jadi Penengah di Tahun Pemilu
- ILC
VIVA – Perang media sosial menjadi salah satu yang mulai mengemuka jelang tahun politik dan Pemilu 2018. Hal tersebut diakui oleh pakar media sosial dan pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi.
Ismail berbicara di acara Indonesia Lawyers Club atau ILC di tvOne, Selasa 21 Agustus 2018 dengan tema "Kampanye Belum, Perang Socmed Sudah Dimulai' mengatakan, selain tim yang bekerja antara dua kubu pendukung pasangn calon presiden dan wapres, dikerahkan pula robot-robot media sosial. Hal itu dilakukan untuk bisa membanjiri media sosial dengan propaganda dan kampanye mereka.
Namun menurut dia, sebenarnya ada pihak penengah yang memberikan perspektif yang seharusnya bisa menenangkan kondisi dari banjir informasi yang terkadang hoax. Mereka antara lain para peneliti termasuk media massa yang informasinya bisa diterima oleh kedua kubu.
"Teman-teman wartawan dan peneliti saya lihat ada inisiatif yang sifatnya positif, kalau ada problem coba dipecahkan. Mereka akan mencoba memberi sumber informasi yang ketiga," kata Ismail di Jakarta, 21 Agustus 2018.
Ismail mengingatkan, pentingnya peran pihak penengah ini yang bisa memberikan informasi valid dan menghempas banjir informasi dari partisan. Media massa disampaikan harus menjadi informasi antihoax agar Pemilu bisa lebih baik.
"Ada cluster yang di tengah, juru penengah itulah akun-akun yang kalau nge-tweet di-RT dua akun itu kadang materinya disukai kiri dan kanan, media semua di situ. Dia harus menyampaikan dari dua kubu. Beritanya diambil kedua kubu," kata dia lagi.