Logo BBC

Milenial Mudah Terpapar Radikalisme karena Situs Moderat Kalah Renyah?

Perempuan berhijab dan cadar menggelar aksi eksperimen sosial untuk menepis isu radikalisme di Solo, Jawa Tengah, Minggu (06/01). - ANTARA FOTO/Maulana Surya
Perempuan berhijab dan cadar menggelar aksi eksperimen sosial untuk menepis isu radikalisme di Solo, Jawa Tengah, Minggu (06/01). - ANTARA FOTO/Maulana Surya
Sumber :
  • bbc

Sebab lahirnya website tersebut hanya untuk melayani pembaca nahdliyin. Tapi keterbatasan itu, menurutnya, menjadi pemicu membuat konten-konten yang bisa menyasar kalangan milenial.

"Kami sudah mulai mempersiapkan bahwa banyak pengguna online dan kelompok rentan itu yang justru kelompok milenial kota yang punya basis agama yang tidak punya orang untuk ditanya untuk soal keagamaan. Kami melangkah ke situ," ujar Savic Ali kepada BBC News Indonesia, Rabu (20/02).

Kendati begitu, situs milik NU sudah bisa menempati posisi pertama dalam populasi situs Islam yang didominasi kelompok intoleran seperti eramuslim.com, voa.islam, dan nahimunkar.org.

Ia mengklaim, dalam sehari, kunjungan ke nu.or.id mencapai 150 ribu. Hal itu, kata Savic, menunjukkan situs-situs berisi intoleransi dan radikalisme sudah tak terlalu diminati.

Yang ia khawatirkan, tak banyak situs seperti NU Online hadir, sehingga potensi penyebaran intoleransi dan radikalisme akan tetap ada.

"Masalahnya website keislaman moderat yang menerima demokrasi dan Pancasila itu jumlahnya sedikit. Ibaratnya NU Onlone sendirian di 10 besar, selebihnya isinya yang politis intoleran sama yang ulta-konservatif atau wahabi," tukasnya.

Pengamat terorisme, Ridlwan Habib, mengatakan sulitnya situs NU dan Muhamadiyah mencuri perhatian kaum milenial disebabkan nihilnya tokoh muda. Selain itu, narasi dan kemasan yang disuguhkan di situs atau akun media sosial mereka kalah renyah.