Polisi Sebut Kelompok 'Penyusup' May Day Terkait Gerakan Internasional

Polisi mengamankan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, saat May Day pada Rabu, 1 Mei 2019.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Kepolisian mengidentifikasi massa berkostum hitam-hitam yang berbaur dengan massa buruh saat peringatan May Day atau Hari Buruh di Bandung, Jawa Barat, Makassar, dan Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu, 1 Mei 2019, dengan kelompok Anarko.

Kasus Pemalsuan Merek Dagang Masih Marak Hingga Berimbas kepada Buruh

Hal itu diketahui dari dua ciri mereka saat beraksi, yakni jaket bertudung dan masker hitam, juga dari bendera logo berwarna hitam yang mereka bawa dengan tulisan huruf A di dalam lingkaran.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera mengatakan, kelompok Anarko adalah komunitas global yang baru tumbuh beberapa tahun terakhir. Biasanya, mereka beraksi dengan memanfaatkan event-event internasional.

Serikat Pekerja Sebut Banyak Dosen Digaji di Bawah UMR 

“Mereka menginginkan kebebasan penuh individu yang tidak ada batasannya,” kata Barung di Markas Polda Jatim, Surabaya, pada Kamis, 2 Mei 2019.

Tidak hanya di Indonesia, menurut Barung, Anarko juga tumbuh di negara lain. “Ini gerakan serentak di semua negara. Di Australia dan Prancis dilakukan penangkapan, di Turki tadi pagi dilakukan penangkapan 128 orang. Paling banyak di Prancis. Anarko ini kelompok yang baru subur di semua negara dan ada cabangnya,” ujarnya.

May Day, Apindo Harap Hubungan Buruh dan Pengusaha Harmonis

Nah, kericuhan saat peringatan May Day di Bandung, Makassar, dan di Surabaya diduga saling berhubungan, yakni dilakoni oleh kelompok Anarko. “Kelompok ini ada dengan identitas huruf A besar berada di dalam lingkaran. Lingkaran dan huruf A biasanya warna putih, benderanya hitam, dan mereka menggunakan pakaian hitam-hitam. Itu ciri-ciri mereka,” katanya.

Kepolisian di Surabaya terpaksa membubarkan massa diduga Anarko saat berbaur dengan massa buruh di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, saat May Day kemarin karena mereka tidak mengantongi surat tanda terima pemberitahuan atau STTP dari Kepolisian. “Di Surabaya tidak sampai terjadi kerusuhan karena kami mengantisipasi lebih dulu,” kata Barung.

Lima orang diamankan dari massa berpakaian hitam-hitam itu. Dari lima, tiga orang dilakukan pemeriksaan intensif, yakni dua mahasiswa ITS, Arief Budiman (22 tahun), warga Cirebon, dan Rizky Pratama Lianto Putra (21). Keduanya dilepas dan hanya wajib lapor. “Satu lagi perempuan sebagai penggeraknya diserahkan penanganannya ke Unit PPA.”

Kericuhan sempat terjadi antara puluhan orang berpakaian serba hitam saat peringatan May Day di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, kemarin. Pertama, terjadi di sisi barat Grahadi sekira pukul 13.00 WIB, saat polisi hendak membubarkan mereka.

Kericuhan kedua terjadi di pintu timur Grahadi sekira pukul 15.00 WIB. Saat itu, massa diduga Anarko berbaur dengan massa buruh KASBI. Polisi menangkap satu orang dari massa Anarko lalu terjadilah kericuhan. Suasana tambah runyam ketika beberapa dari anggota KASBI ikut-ikutan. Beruntung, polisi berhasil bernegosiasi dan satu jam kemudian massa membubarkan diri. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya