Skandal Garuda, Ari Askhara Suka Keliling Minta Nomor Pramugari

Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900 Neo
Sumber :
  • dok. Airbus

VIVA – Pramugari Senior Maskapai Garuda Indonesia, Yosephine Ecclesia menceritakan terkait kejanggalan saat Mantan Direktur Utama I Gusti Ngurah Askhara saat masih menjabat sebagai Direktur Urama. Yoshepine mengaku heran sekelas Dirut, kerap turun mengurus urusan yang sekadar pelatihan para awak kabin.

Begini Respons Dirut soal Rencana Merger Garuda Indonesia dengan Pelita Air

Bahkan, menurut Yoshepine, Askhara kerap berlaku diskriminasi terhadap awak kabin seperti bertanya pada sejumlah pramugari terkait sudah masuk kelas 777 (tripel seven) atau belum.

Kelas 777 ini memang diperuntukkan untuk para pramugari dan pramugara agar siap melayani di pesawat first class, yakni Boeing 777-300ER yang merupakan pesawat terbaik di kelasnya. Selain itu Askhara juga kerap meminta nomor telepon para pramugari.

Dirut Garuda Pastikan PMN Rp 7,5 Triliun Bukan untuk Bayar Utang : Saya Tak Mau Masuk Penjara

"Sekelas direksi yang sudah dicopot itu bisa keliling-keliling ke Garuda Indonesia Training Center untuk masuk ke kelas-kelas pramugari dan menanyakan, 'kamu sudah karyawan belum?' Kamu sudah sekolah triple seven belum, kamu sudah bisnis kelas belum, abis itu di minta nomor teleponnya," kata Yoshepine di Dalam acara Indonesia Lawyres Club tvOne dengan tema Ketika Garuda 'Diserempet' Moge, Selasa 10 Desember 2019

Dari hal itu, kata Yoshepine, dapat memunculkan oknum-oknum awak kabin melakukan cara yang tak baik untuk membuat kariernya makin baik. Bahkan oknum tersebut bisa sampai membuat kelompok sendiri.

Profil Siwi Widi, Eks Pramugari Garuda Diduga Terima Suap Rp647 Juta

"Ini memunculkan adanya oknum-oknum ini yang bisa tambah timer rating, triple seven, terbang ke Eropa terus bisa membuat geng, kelompok-kelompok sampai membuka kelas khusus sekolah Triple Seven khusus kelas-kelasnya dia saja, itu jadinya yang tercetak," ujarnya

Selain itu, Yoshepine juga bercerita mengenai Garuda Indonesia  kerap mempekerjakan awak kabinnya secara berlebihan. Bahkan Yoshepine merasa kerja seperti robot yang kerja dengan sedikit waktu istirahat.

"Seperti sudah publik tahu bahwa Garuda melakukan memberikan jam kerja kepada awak kabin yaitu seperti robot. Penerbangan Melbourne PP, di mana yang dilakukan itu adalah saat malam hari malam hari dan kita harus kembali lagi ke Jakarta tanpa istirahat malam," kata Yoshepin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya